-PENGERTIAN FUNGSI SENI RUPA TERAPAN DAN CONTOH -Postedby-BukanTrik-, Seni selain memiliki nilai estetika dan keindahan tetapi juga memiliki nilai-nilai filosofi yang terkandung didalamnya nilai-nilai ajaran yang luhur. Itu terlihat pada seni budaya nenek moyang yang ada di indonesia yang akan coba di kupas oleh admin bukantrik.
Seperti yang di jelaskan pada artikel sebelumnya tentang pengertian dan macam-macam seni rupa bahwa seni adalah bentuk hasil karya manusia yang karya-karya nya dapat di nikmati. Di indonesia Banyak sekali ragam karya seni yang menjadi cagar budaya yang di lestarikan dan di kagumi oleh bangsa lain di dunia sebagai contoh bangunan candi borobudur
Bangunan candi borobudur merupakan salah satu contoh seni maha karya nenek moyang kita terdahulu yang menggabungkan seni bangunan dan seni ukir serta seni pahat yang membutuhkan ketelitian, Kecermatan dan keahlian master dalam membuatnya
PENGERTIAN SENI RUPA TERAPAN
Apa sih pengertian seni rupa terapan Nusantara?
Merujuk pada pengertian dasar seni yang menjelasakan bahwa seni merupakan sebuah karya yang memiliki nilai estetika dan nilai fungsi dari karya itu sendiri . jadi dapat di simpulkan bahwa pengertian karya seni rupa terapan nusantara adalah karya seni rupa yang berwujud dua (2) dimensi atau tiga (3) dimensi yang memiliki nilai keindahan (estetis) dan memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan sehari-hari yang terdapat di wilayah Nusantara.
Di wilayah Nusantara ini, terdapat beragam karya seni rupa terapan daerah. Ragam seni daerah tersebut tumbuh dan berkembang dalam suku suku di wilayah Nusantara melalui proses waktu selama ratusan tahun.
FUNGSI KARYA SENI TERAPAN NUSANTARA
karya seni yang diciptakan tidak hanya mutu seninya saja, namun juga mengutamakan fungsi pakai nya juga. Apa saja sih fungsi seni terapan nusantara ? dilihat dari sisi fungsional nya Karya seni rupa terapan Nusantara memiliki dua fungsi sebagai berikut.
2. Sebagai Pemenuhan kebutuhan yang bersifat estetis (keindahan), yaitu fungsi yang semata-mata sebagai benda hias.sebagai contoh nya yang diaplikasikan pada, karya seni batik atau tenun yang dibuat khusus untuk hiasan dinding dan benda-banda kerajinan untuk penghias ruangan, seperti topeng, patung, dan vas bunga. Dan lainnya
Sangat beragamnya suku dan adat-istiadat menyebabkan keragaman makna yang terdapat pada setiap karya yang dihasilkan. Setiap karya seni rupa yang berkembang di daerah di Indonesia memiliki simbol makna yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang berkembang dalam kehidupan masyarakatnya.
Sebagai contoh tentang makna simbolis warna, terdapat beragam warna dengan simbol-simbol tertentu. Seperti warna merah yang melambangkan keberanian atau kejantanan, warna kuning melambangkan keceriaan, warna putih melambangkan kesucian, warna hijau melambangkan kedamaian. Contoh lainnya adalah makna dari bentuk, semisal adalah patung pada masyarakat Jawa yang melambangkan keharmonisan dalam rumah tangga.
CIRI DAN CONTOH BENTUK KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA
Karya seni rupa terapan yang terdapat di Indonesia sangat beragam dengan aneka jenis, bentuk, fungsi, dan memiliki ciri-ciri khas serta keunikan dalam teknik pembuatannya. Bentuk karya seni rupa terapan
tersebut, di antaranya terdapat pada bentuk rumah adat tradisional, senjata tradisional, transportasi tradisional, dan seni kriya.
Berikut contoh karya seni rupa terapan nusantara yang memiliki keunikan desain, bentuk dan fungsi dari setiap bagian-bagian karya seni nya
Rumah adat di Indonesia mempunyai bentuk yang sangat beragam. Jika melihat bangunan rumah adat di Indonesia secara keseluruhan maka kita akan dapat membedakan bangunan rumah adat tersebut berdasarkan atapnya, ragam hiasnya, bentuk, dan bahan bakunya.
Misalnya, rumah Gadang di Padang bentuknya memanjang ke samping dan rumah adat Minahasa bentuknya memanjang ke belakang.Rumah beratap joglo di Jawa, rumah beratap bubungan tinggi di Jambi,dan rumah beratap limas . Bentuk rumah dengan tiang yang berkolong, atau yang biasa disebut rumah panggung terdapat di jawa barat, Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi.
Berbeda dengan masa lalu, beragam senjata tradisional saat ini lebih sering digunakan sebagai peralatan untuk bekerja. Selain itu juga digunakan sebagai perlengkapan acara ritual, perlengkapan pakaian adat, pertunjukkan seni tradisional, dan sebagai benda hias. Berikut penjelasannya
Termasuk dalam jenis ini adalah parang dari Ambon,mandau dari Kalimantan, sundu dari NTT, celurit dari jawa timur, pasa timpo dari Sulawesi Tengah, karih dari Sumatra Barat, piso surit dari Sumatra Utara, golok dari Jakarta, dan rencong dari Aceh.
Sebagaimana senjata tradisional umumnya, bilah senjata dibuat dari bahan logam besi. Bilah mandau yang berkualitas terbuat dari batu gunung yang dilebur secara khusus dengan hiasan berasal dari bahan perak, tembaga, bahkan emas. Hampir semua jenis senjata menggunakan ragam hiasan dengan beragam motif.
Ragam hias senjata jenis rencong seringkali menggunakan motif ular, bunga, dan lipan. Hiasan berupa jumbai-jumbai menyerupai rambut terdapat pada sebagian senjata mandau. Pada sarungnya yang terbuat dari bahan kayu masih diberi hiasan manik-manik dan bulu burung. Senjata khas Suku Dayak
Kalimantan ini memang penuh hiasan yang estetik.
Keris adalah senjata tradisional berujung lancip dan bermata dua yang merupakan karya asli bangsa
Indonesia yang adiluhung. Termasuk dalam jenis ini adalah senjata kujang dari Jawa Barat. Ada dua kelompok jenis keris, baik dari segi kegunaan, bahan, teknik pembuatan, dan kualitasnya. Ada keris yang
digunakan untuk keperluan ritual-ritual adat, dibuat dari bahan-bahan pilihan dengan teknik yang lebih
rumit dan lama.
Kebanyakan keris ini diciptakan oleh para Mpu pada zaman dahulu. Kelompok kedua adalah jenis keris yang kegunaannya lebih sebagai hiasan atau untuk pertunjukan kesenian tradisional, termasuk untuk
pelengkap busana dalam acara adat perkawinan.
Para pengrajin sekarang kebanyakan membuat keris jenis ini. Bilah keris terbuat dari perpaduan logam besi dan baja, bahkan ada yang berlapis emas. Dibuat dan dibentuk dengan teknik tempaan. Gagang dan warangkanya umumnya terbuat dari kayu pilihan.
Bentuk bilahnya ada yang lurus ada yang berlekuk-lekuk. Jumlah lekukan bervariasi karena mengandung makna tertentu. Keris di Jawa, Kalimantan, Sumatra, dan beberapa daerah lain memiliki ciri khas masing-masing, baik bentuk maupun ukurannya. Senjata lainnya yang memiliki kemiripan dengan keris terutama dalam hal ukuran,bahan, dan fungsi ialah senjata tombak.
Ragam hias yang digunakan bervariasi di setiap daerah. Secara umum motif hiasan terdapat di setiap bagian keris. Permukaan bilah keris umumnya terdapat tekstur yang membentuk alur tertentu yang disebut pamor.Warnanya keperak-perakan karena terbuat dari baja putih. Para Mpu zaman dahulu membuatnya dari bahan batu meteor yang sangat langka.
Alat transportasi yang masih mempertahankan bentuk dan ciri khas tradisionalnya masih dapat dijumpai
di wilayah Nusantara. Misalnya, perahu, kereta kuda, pedati, dan becak.
Keberadaan perahu di Indonesia seusia datangnya nenek moyang bangsa Indonesia ke Nusantara. Sebagai bukti, telah ditemukan lukisan perahu pada dinding gua di Papua, Sulawesi, dan Maluku. Perahu pada masa itu bentuknya masih sederhana.
Perahu yang digunakan di Nusantara memiliki bentuk dan ragam hias yang beragam. Keragaman tersebut sebagai akibat perbedaan latar budaya, pengaruh budaya asing, daya kreasi pembuatnya, dan ketersediaan sumber daya alamnya.
Semua pola hiasnya menggunakan warna, sebagian lagi paduan warna dan pahatan. Sebagian besar perahu tersebut bermotif garis dan bidang, baik bidang geometrik maupun bidang organik, sebagian lagi bermotif hewan, tumbuhan, stilasi, pilin berganda, serta motif huruf.
Posisi hiasan ada yang di seluruh bagian kapal, ada yang separuh bagian kapal, atau salah satu bagian saja. Misalnya, perahu penangkap ikan jenis compreng di Jawa Barat yang penempatan hiasannya di seluruh bagian kapal.
Andong merupakan alat transportasi darat tradisional yang masih banyak digunakan oleh masyarakat di
Indonesia. Kendaraan ini terbuat dari bahan kayu, termasuk bagian rodanya. Hanya bagian-bagian tertentu yang harus menggunakan besi. Andong ditarik dengan tenaga kuda.
Di Jawa Timur andong disebut dokar. Setiap daerah memiliki pola khas yang sudah menjadi tradisi dalam menghias andongnya. Motif hiasan dokar di Jawa, terutama di Jawa Timur cenderung memiliki ciri khas khusus yang ditempatkan di beberapa bagian.
Warna hitam mendominasi seluruh bagian dokar dengan motif hiasan warna cerah. Selain andong, alat transportasi konvensional yang masih banyak dimanfaatkan adalah pedati. Meski sudah jarang terlihat, namun di beberapa daerah masih seringkali ditemukan kendaraan jenis ini. Kendaraan pengangkut bertenaga sapi
ini biasanya untuk mengangkut barang dengan beban berat. Jenis transportasi tradisional lainnya adalah becak. Becak dapat dijumpai di Jawa, Sulawesi, dan Sumatra. Becak bermotor terdapat di Gorontalo dan Pematang Siantar (Sumatra Utara). Becak motor merupakan kombinasi antara motor dan becak.
Bentuk karya seni kriya Nusantara amat beragam. Beragam pula bahan alam yang digunakan. Dari sejumlah seni kriya Nusantara, ada yang tetap mempertahankan ragam hias tradisional dan ada pula yang telah dikembangkan sesuai dengan tuntutan pasar. Seni kriya dapat dikelompokkan menjadi seni kriya pahat, seni kriya tekstil, seni kriya anyaman, dan seni kriya keramik.
Jenis, bentuk, bahan, dan teknik dalam seni pahat sangat beragam, dari jenis ukir, patung, dan aneka kerajinan lainnya. Seni pahat selain menggunakan bahan kayu, juga menggunakan batu, aneka logam, emas, serta tulang dan kulit hewan.
Bali merupakan daerah yang banyak menghasilkan seni pahat berupa ukiran, patung, hingga barang-barang kerajinan. Patung arca dengan bahan batu andesit juga dibuat di Bali. Bentuknya menyerupai benda-benda purbakala.
Salah satu hasil dari seni pahat yang unik adalah wayang kulit dan wayang beber yang terbuat dari kulit binatang, serta wayang golek yang terbuat dari kayu. Kerajinan wayang kulit dan wayang beber terdapat di daerah Yogyakarta, Surakarta, dan Sragen.
Seni patung Suku Asmat dan Kamoro di Papua terkenal dengan kekhasannya, dengan bentuk dan ukuran
yang beragam. Di Palembang, karya ukir kayu juga diwujudkan pada perabot rumah tangga dengan ciri khas menggunakan warna emas dan cokelat tua.
Di Sumatra Utara, seni pahat masyarakat Batak selain berupa ukiran hias pada bangunan rumah adat, juga terdapat pada benda benda yang berfungsi sebagai perlengkapan ritual.
Keragaman karya seni tekstil bisa dilihat dari jenis, teknik, ragam hias, dan bahan yang digunakan. Jenis karya tekstil di Nusantara bisa dikelompokkan menjadi dua,yaitu karya batik dan karya tenun.
Prinsip utama dalam membatik adalah teknik tutup celup. Bagian kain tertentu ditutup dengan lilin dengan menggunakan canting untuk merintangkan warna. Terdapat beberapa teknik dalam membatik, diantaranya batik tulis, batik cap, batik cetak, batik celup/ikat/jumput, dan batik lukis. Saat ini, batik tidak hanya diaplikasikan pada kain mori, namun dapat diaplikasikan pada bahan lain seperti kayu, kain sutra, kulit, dan lain sebagainya.
Teknik batik tulis merupakan teknik yang paling banyak diterapkan di Indonesia. Selain di Jawa,batik juga terdapat di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, dan Bali. Corak kain batik setiap daerah beraneka ragam.
Corak batik Jawa umumnya bergaya naturalis dengan sentuhan warna-warna yang beragam.
Corak batik pesisir umumnya menunjukkan adanya pengaruh asing. Pekalongan merupakan penghasil batik yang terkenal dan termasuk dalam golongan batik pesisir. Daerah batik bercorak pesisir yang lain adalah Madura, Tuban, dan Cirebon.
Batik daerah ini didominasi perpaduan warna yang kontras, seperti merah, kuning, cokelat, dan putih.
Sedangkan Batik Solo, Yogyakarta, dan sekitarnya umumnya menggunakan warna-warna redup,
seperti cokelat, biru, hitam, dan hijau.
Tenun yang terkenal di Indonesia dibuat dengan alat tenun bukan mesin (ATBM), hal inilah yang membuat tenun susah didapat karena pengerjaannya manual dan sangat lama dalam pengerjaannya. Pusat kriya tenun di Indonesia menyebar dari pulau Jawa, bali, Sumatara, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Adapun jenis kriya yang dihasilkan terdapat Ada dua jenis tenun adalah tenun ikat dan kain songket. Yang membedakan keduanya adalah pada teknik pembuatan dan bahan yang digunakan
Istilah ikat digunakan untuk nama tenun yang belum ditenun menjadi kain, helaian benang diikat dan dicelup ke dalam pewarana.sedangkan Pada songket ada tambahan benang emas, perak, atau benang sutra
Pada beberapa daerah di wilayah Nusantara terdapat kesamaan teknik namun berbeda dalam ragam hiasnya. Hal inilah yang menjadi ciri khas dari suatu daerah dengan daerah lain. Misalnya kain ulos dari Batak, Kain tapis dari Lampung, kain torso dari Jepara, dan kain songket yang dibuat di Sumatra, Bali, Kalimantan dan Sumbawa
Ragam hias pada kain tenun di Nusantara beragam coraknya. Ragam hias dengan motif geometrik, flora,
dan fauna mendominasi ragam hias karya tekstil di Nusantara. Kain tenun kebanyakan dipakai untuk
selendang, sarung, kebaya, dan ikat kepala seperti pada pakaian adat.
Bahan yang dipakai untuk membuat kain tenun ditentukan oleh ketersediaan alam daerah setempat.
Di Sumbawa (NTT) semua produk kain tenun dibuat dari benang kapas. Kain songket berbahan benang
sutra dapat dijumpai di Aceh, Sumatra Barat, Palembang, dan Bali, sedangkan yang berbahan dasar benang katun dapat dijumpai di Flores.
Ketika memakai pakaian, hal yang perlu diperhatikan selain mempertimbangkan aspek kegunaan dan kenyamanan, perlu juga diperhatikan aspek keindahannnya. Salah satu yang dapat ditonjolkan dari pakaian dan kebutuhan sandang lainnya adalah hiasannya. Di samping batik, penerapan motif atau ragam hias pada pakaian dapat juga diterapkan dengan bordir. Bordir merupakan hiasan dari benang pada kain. Istilah lain yang hampir sama dengan dari bordir adalah sulam
Salah satu karya seni kerajinan adalah anyaman. Bahan yang banyak digunakan dalam membuat anyaman antara lain adalah bambu dan rotan, kemudian berkembang sesuai dengan ide dan kreativitas masyarakat, seperti daun pandan, pelepah pisang, enceng gondok, dan serat kayu
Di pulai Jawa anyaman banyak menggunakan bambu karena tanaman ini banyak tumbuh dan berkembang. Adapun ragam jenis bambu, antara lain: apus, petung, ori, kuning, dan wulung. Berbeda dengan di daerah kepulauan lain di Nusantara. Seperti di Kalimantan yang banyak memproduksi anyaman dengan bahan rotan. Hal ini tidak lain daerah Kalimantan merupakan penghasil rotan terbesar di Indonesia.
Teknik pembentukan anyaman adalah dengan memanfaatkan jalur lungsi (vertikal), jalur pakan (horizontal), dan jalur gulungan (diagonal). Pembentukan pola motif anyaman diperoleh dengan cara memanfaatkan perbedaan warna
Keberadaan keramik di kawasan Nusantara sangat beragam, keramik juga merupakan seni yang sudah ada sejak zaman prasejarah. Keramik terbentuk dari bahan tanah liat, dan dapat dibentuk dalam beberapa teknik, diantaranya: teknik cetak tekan (press moulding), teknik lempeng (slabing), teknik pilin (coiling), dan teknik pijit (pinching).
Keramik memiliki banyak fungsi, mulai dari keramik yang berfungsi sebagai tempat atau wadah, seperti cangkir, piring, teko, gelas, dan vas bunga. Sampai pada jenis yang fungsinya hanya sebagai hiasan, seperti beragam bentuk guci dan lain sebagainya.
Setiap daerah yang memproduksi keramik memiliki karakter dan keunikan tersendiri. Adapun daerah penghasil keramik terkenal di Indonesia antara lain, Plered (Purwakarta), Sitiwinangun (Cirebon-Jawa Barat), Purwlokerto (Jawa Tengah), Kasongan (Yogyakarta), dan Dinoyo (Malang-Jawa Timur)
Demikian penjelasan lengkap mengenai “Macam Jenis Karya SENI RUPA TERAPAN Pada SENI Budaya Indonesia“ semoga bermanfaat . silahkan baca juga artikel terkait lainya dan jangan lupa komentarnya untuk masukan dan perbaikan nya. Makasih banyak untuk kunjungannya ke blog BukanTrik.
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan sopan