Rumah adat sumatera selatan rumah Panggung Rakit Limas
baca juga :
baca juga
-Rumah Adat Palembang-Post by-BukanTrik-, Palembang memiliki 2 jenis rumah adat yaitu rumah panggung dan rumah rakit tapi memiliki kesamaan bentuk dari bentuk atap rumahnya yaitu berbentuk limas seperti halnya rumah adat Bangka belitung yang merupakan pcahan dari sumatera selatan.
Kenapa di namai sebagai rumah adat rumah rakit karena di lihat dari sisi geografisnya yang di kelilingi oleh sungai. Dan bagi masyarakat palembang sungai menjadi bagian yang sangat vital keberadaanya, karena selain sebagai sebagai sarana transportasi dan sumber mata pencaharian sebagai penangkap ikan (nelayan)
Rumah adat Rakit sebagai salah satu rumah tradisional sumatera palembang keberadaannya sudah ada sejak jaman kerajaan Sriwijaya dan hingga saat inipun masih ada pula masyarakat yang membangunnya. Rumah rakit selalu menetap dan menghadap ke darat, diikat dengan tali yang dihubungkan dengan tonggak di tanah tepi sungai dan disangga dengan beberapa tiang yang ditancapkan ke dasar sungai.
Walau demikian rumah rakit juga harus mampu berfungsi sebagai rakit yang mampu berjalan di atas sungai, hal ini akan dibutuhkan jika penghuni menginginkan rumahnya berpindah tempat. Sedapat mungkin lantai rumah tetap dalam kondisi kering tidak tersentuh air.
Bahan dari rumah rakit tradisional adalah bambu dan kayu, untuk penutup atapnya menggunakan rangkaian daun nipah kering. Dindingnya dari bambu yang dicacah dan direntangkan, disebut dengan ’pepuluh’. Saat ini beberapa rumah rakit sudah menggunakan bahan atap dari seng. Atap rumah rakit berbentuk limas dengan bubungan yang sejajar arah sungai.
Daun pintu menghadap ke darat dengan jendela di sisi dinding sebelah kiri dan kanan. Ruang utama digunakan untuk menerima tamu dan kamar-kamar tidur. Dapur ada yang di dalam, tetapi banyak pula yang diluar berdiri sendiri.
Sebelum membangun rumah rakit, sebuah keluarga perlu mengadakan beberapa kali pertemuan dari komunitas keluarga kecil sampai pada keluarga yang lebih besar sampai kepada masyarakat setempat. Tujuannya selain untuk menyampaikan keinginan membangun rumah juga untuk memohon ijin dan dukungan bagi orang-orang yang berkaitan.
Setelah pertemuan dianggap cukup, mulailah pembangunan dengan mengumpulkan bahan. Setiap bahan dipilah-pilah sesuai dengan rancangan konstruksi yang akan digunakan. Bahan kayu dan bambu juga dipilah untuk ditentukan mana yang akan dipakai sebagai alas rakitnya, untuk dinding, tiang dan rerangka atapnya.
Pembangunan rumah rakit dikerjakan di tepi sungai dan sebagian besar di atasnya jika alas rakit telah dibuat dan siap ditumpangi. Alas rumah tradisional rakit dibuat dari bambu-bambu yang diikat dan dipasak, dipadukan dengan balok-balk kayu.
Tiang-tiang rumah menggunakan bahan kayu yang ditegakkan setelah alas rakit mengapung di sungai. Tiang-tiang ini bagian bawahnya dilubangi dan diikat pada balok melintang yang merupakan bagian dari alas rakit.
baca juga :
- alat musik tradisional dari palembang sumatra selatan
- nama jenis tari-tarian tradisional dari sumatra selatan
Awalnya pembuatan Rumah adat panggung sebagai rumah adat tradisional Palembang sumatera selatan Karena disesuiakan dengan kondisi geografis sumatera selatan yang di kelilingi rawa dan sungai seperti di Palembang, yang sempat dijuluki Venesia dari Timur karena ratusan anak sungai yang mengelilingi wilayah daratannya.
Batanghari sembilan adalah sebutan untuk Sungai-sungai yang bermuara ke Sungai Musi. Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Enim, Sungai Hitam, Sungai Rambang, Sungai Lubay.Namun, seiring berjalannya waktu, lingkungan perairan sungai dan rawa justru semakin menyempit. Rumah- rumah limas yang tadinya berdiri bebas di tengah rawa atau di atas sungai akhirnya dikepung perkampungan.
Keunikan Rumah adat Tradisional panggung limas
Bangunan rumah panggung limas biasanya memanjang ke belakang. Ada bangunan yang ukuran lebarnya 20 meter dengan panjang mencapai 100 meter. Rumah limas yang besar melambangkan status sosial pemilik rumah. Biasanya pemiliknya adalah keturunan keluarga Kesultanan Palembang, pejabat pemerintahan Hindia Belanda, atau saudagar kaya.
Bangunan rumah limas memakai bahan kayu unglen atau merbau yang tahan air. Dindingnya terbuat dari papan-papan kayu yang disusun tegak. Untuk naik ke rumah limas dibuatlah dua undak-undakan kayu dari sebelah kiri dan kanan.
Bagian teras rumah biasanya dikelilingi pagar kayu berjeruji yang disebut tenggalung. Makna filosofis di balik pagar kayu itu adalah untuk menahan supaya anak perempuan tidak keluar dari rumah.
Memasuki bagian dalam rumah, pintu masuk ke rumah limas adalah bagian yang unik. Pintu kayu tersebut jika dibuka lebar akan menempel ke langit- langit teras. Untuk menopangnya, digunakan kunci dan pegas.
Bagian dalam ruangan tamu, yang disebut kekijing, berupa pelataran yang luas. Ruangan ini menjadi pusat kegiatan berkumpul jika ada perhelatan.
baca juga
Ruang tamu sekaligus menjadi "ruang pamer" untuk menunjukkan kemakmuran pemilik rumah. Bagian dinding ruangan dihiasi dengan ukiran bermotif flora yang dicat dengan warna keemasan. Tak jarang, pemilik menggunakan timah dan emas di bagian ukiran dan lampu- lampu gantung antik sebagai aksesori.
Kemudian juga ada yang rumah yang bergaya yaitu rumah Indies. Di rumah ini memiliki ruang terbuka bagian belakangnya, bagian depan berupa balkon sebagai ruang tamu.
Rumah ini biasanya disebut oleh masyarakat sebagai rumah kaca, rumah kembar darat, rumah kembar laut, dan rumah batu.
Dengan demikian rumah adat Palembang adalah Rumah Limas yang memiliki tiang-tiang tinggi dan tengah tengahnya terdapat ruang kosong tanpa dinding.Jika dilihat dari kejauhan seperti dua rumah. Akan tetapi rumah tersebut merupakan satu kesatuan.
Demikian penjelasan lengkap mengenai “Keunikan RUMAH ADAT Panggung Rakit Limas Palembang Sumatera Selatan ” semoga dapat bermanfaat, terima kasih untuk kunjungan ke blog BukanTrik. Silahkan baca juga artikel terkait lainnya
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan sopan