Keunikan Rumah Adat Tradisional Kepulauan Riau
-Rumah Adat kepulauan Riau-Post by-BukanTrik-, Rumah adat tradisional yang menjadi ciri khas provinsi kepulauan riau adalah ber nama rumah adat lontik. Salah satu keunikan Rumah adat lontok yaitu umumnya dibangun di pinggir aliran sungai.
Rumah tradisional ini di diami oleh masyarakat suku koto yang didirikan disepanjang tepi sungai atau pinggir jalan raya, yang umumnya sejajar dengan aliran sungai. Pada mulanya rumah adat lontik didirikan untuk seluruh keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga batih dan tinggal bersama.
Riau termasuk salah satu provinsi di pulau sumatera yang di huni suku bangsa Melayu di Lima Koto, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Lima Koto ini merupakan kesatuan daerah hukum adat yang berbeda dengan adat sesama suku bangsa Melayu daerah pesisir lainnya. Adat yang sama dengan Lima Koto ini adalah Rantau Kuantan di Kabupaten Indragiri Hulu dan sebagian dari daerah Rokan.
Koto menurut masyarakat setempat adalah perkampungan penduduk yang terdiri dari sekelompok rumah tempat tinggal, masjid dan Balai Adat atau Balai Godang, yang dikelilingi pagar bambu atau tanah. Bila satu unsur tidak ada, maka tidak dapat disebut Koto. Pada mulanya Koto dibangun di kaki bukit, tetapi karena pertumbuhan pantai sungai Kampar secara berangsur-angsur pindah ke daratan di pinggir sungai.
Tetapi dalam proses perkembangan zaman masing-masing kepala keluarga mulai mendirikan bangunan sendiri, yang umumnya lebih kecil namun letak rumah dan bentuknya masih menyesuaikan adat dan budaya menurut cara tradisional. Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya ditentukan menurut adat, yaitu rumah keluarga yang lebih tua berada di muka keluarga yang lebih muda.
Ada beberapa keunikan yang menjadi ciri khas dari rumah adat tradisional lontik di lihat dari sisi arsitekturnya yaitu diantaranya keunikan bentuk rumahnya, bahan yang digunakan, fungsi dari setiap ruangan , serta ornamen yang digunakan sebagai hiasan rumah yang menambah keindahan dan kenyamanan bagi si pemilik rumah, berikut penjelasan macam-macam keunikan yang tedapat pada rumah adat tradisional lontik
Rumah Lantik disebut juga Rumah Lancang atau Pencalang. Nama Lontik diberikan menurut bentuk perabung atapnya yang lentik ke atas, sedangkan nama Lancang atau Pencalang karena bentuk hiasan kaki dindingnya berbentuk perahu atau Pencalang.
Rumah Lontik berbentuk persegi panjang dan berupa rumah panggung. Maksud dan fungsi rumah adat Berbentuk panggung adalah untuk menghindari bahaya banjir atau serangan binatang buas, selain itu juga untuk menyimpan barang-barang.
Keunikan Bentuk atap Rumah Lontik kedua ujungnya melengkung ke atas, hal ini mengandung makna bahwa awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada Tuhan Sang Maha Pencipta.
a. segi empat yang melambangkan empat penjuru angin sehingga rumah tersebut dapat mendatangkan rezeki dari keempat penjuru angin.
b. Sedangkan Tiang segi enam itu melambangkan rukun iman dalam ajaran Islam yang mengandung makna harus ditaati oleh pemilik rumah,
c. segi tujuh melambangkan tujuh tingkatan surga dan tujuh tingkatan nerak.
d. Tiang bersegi delapan maknanya sama dengan segi empat,
e. sedangkan tiang bersegi Sembilan melambangkan pemilik rumah tergolong orang kaya.
f. Tiang yang terletak pada deretan kedua pintu masuk disebut Tiang Tuo dan merupakan tiang utama yang tidak boleh disambung. Pada tiang bagian luar diberi tiang gantung yang selain berfungsi untuk penopang kerangka dinding, juga sebagai hiasan.
Lantai rumah dibuat dari papan yang disusun rapat, dan pemasangannya sejajar dengan rasuk, yaitu balok yang menyangga kerangka lantai. Dinding rumah Lantik mempunyai bentuk yang khas yaitu sebelah luar dibuat miring keluar,
sedangkan dinding dalam tegak lurus. Kaki dinding dan atas dinding melengkung sejajar dengan lengkungan atap.
Pintu dibuat dengan dua buah daun pintu yang semua dibuka kedalam. Tinggi ambang pintu sekitar 1,75 meter dan lebarnya antara 70 sampai 100 cm. Jendela pada rumah Lontik bentuknya dua macam yaitu berbentuk seperti pintu dengan dua buah daun jendela, dan jendela panjang yang tingginya hanya sekitar 50 cm tetapi lebarnya satu sampai dua meter.
Susunan ruangan pada rumah Lontik berjumlah tiga, sesuai dengan ungkapan alam nan tigo yaitu tata pergaulan dalam kehidupan masyarakat.
a.) Pertama pergaulan antara sesama warga kampung yang disebut alam berkawan, terbatas pada tegur sapa dilambangkan dalam ruangan muka,
(b.) kedua alam bersanak yaitu pergaulan antar kaum kerabat dan keluarga. Dilambangkan dengan ruang tengah
(c) ketiga alam semalu yaitu kehidupan pribadi dan rumah tangga yang dilambangkan dengan ruang belakang. penjelasan tentang fungsi dan keunikan dari setiap ruangan pada rumah lontik
setiap rumah memiliki beberapa bagian ruangan yang mana setiap ruangan dan kamar memiliki fungsi dan keunikan tersendiri di sesuaikan dengan kebutuhan yang di rencanakan oleh si pemilik rumah. Begitupun dengan rumah adat lontik yang memiliki beberapa ruangan yang tentunya memiliki fungsi dan keunikan nya berilut penjelasan nya
1. ruang muka atau ruang pertama
Ruang pertama biasanya terletak dibagian depan . pada rumah adat lontik setelah naik tangga terdapat ruangan yaitu ruang muka atau ruang bawah karena lantai nya lebih rendah dari pada lantai rumah utama (induk), dan dipisahkan oleh dinding dan bendul. Ruang bawah sebelah kiri apabila kita masuk disebut ujung bawah tempat duduk ninik mamak dan undangan dalam suatu upacara tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari ruang ujung bawah digunakan sebagai tempat bersembahyang. Oleh karena itu ruang ujung bawah ini selalu disediakan tikar sembahyang. Ruang muka / ruang bawah sebelah kanan masuk disebut pangkal rumah, berfungsi untuk tempat duduk ninik mamak pemilik rumah, atau ninik mamak nan punyo soko pada waktu upacara. Sehari-hari ruang ini digunakan sebagai tempat tidur ninik mamak sehingga selalu tersedia lapik kenduran.
2. Ruang kedua adalah ruangan tengah atau rumah induk.
Meskipun tanpa pembatas, namun sesuai dengan fungsinya dibagi dua. Sebelah kanan pada rumah adat lontik disebut ujung tengah, digunakan sebagai tempat “gerai pelaminan” pada waktu upacara perkawinan.
Dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai tempat tidur pemilik rumah, maka di ruang ini disediakan tempat tidur berupa gerai atau katil. Ruang tengah sebelah kiri kita masuk disebut poserek, digunakan untuk tempat tidur maupun tempat berkumpul orang tua perempuan, keluarga perempuan dan anak-anak.
3. Ruang ketiga adalah ruang belakang atau pedapuan/ dapur
dapur yang digunakan untuk memasak, tempat makan keluarga, dan tempat menerima tamu wanita (kaum ibu). Kadang-kadang ruang ini juga digunakan untuk tempat tidur anak gadis. Di pedapuan ini terdapat dapur tempat memasak yang dibuat bertiang, seperti balai-balai, dan diberi tungku dari batu.
Dinding dapur ini sebelah dalamnya dilapisi seng untuk mencegah agar api tidak membakar dinding, dan diatasnya dibuat para-para tempat menyimpan alat dapur atau mengeringkan dan mengawetkan bahan makanan. Ruang belakang ada yang bersatu dengan rumah induk dan ada kalanya dipisahkan oleh ruang lain yang disebut telo atau sulo pandan. Ruang ini diberi dinding dan digunakana untuk meletakan barang-barang keperluan sehari-hari dan keperluan dapur lainnya.
4. Ornament ukiran sebagai HIASan pada rumah adat lontik
Keunikan lain dari Rumah Adat Lontik adalah ragam ukiran dan hiasan memiliki banyak ornament ukiran yang beragam dan ciri khas bentuk ukirannya diantaranya sebagai berikut
a. pada bagian bawah yakni tangga. Pada kepala tangga (di atas) diberi ukiran lambai-lambai jenjang yaitu berbentuk garis-garis lengkung dengan daun-daunan pada ujung garis selalu melingkar.
Pada anak tangga diberi ukiran yang disebut ombak-ombak atau lebah bergantung. Ukiran ini mengandung makna harapan dan kegigihan dalam berusaha, dan garis yang melingkar melambangkan perjalanan hidup manusia selalu berada dalam lingkaran nasib.
b. Pada dinding diberi ukiran yang disebut Gondo Ari, sedangkan ukiran pada sudut dinding disebut Kepala Gondo Ari. Ukiran ini melambangkan kehidupan dan kesuburan oleh sebab itu kadang-kadang diberi warna hijau.
c. pada atap rumah sampai ke cucurannya. Pada kedua ujung atap diberi hiasan ukiran yang disebut Sulo Bayung, berbentuk melengkung ke atas menyerupai tanduk kerbau, taji atau bulan sabit.
Ukiran ini mengandung makna bulan yang memberi penerangan kepada seisi rumah. Sedangkan pada ke empat sudut cucuran atap diberi hiasan yang disebut Sayok Layangan atau Sayap Layang-layang.
d. Jendela diberi hiasan ukiran yang umumnya bermotif tumbuhan. Di atas jendela diberi ukiran terawang bungo sekaki atau keluk paku melambangkan harapan dan kesuburan.
Selain bentuk ukiran yang unik juga ada ragam Warna dominan yang menjadi keunikan lain nya pada ornamen ragam hias rumah Lontik diantaranya adalah
a) warna hijau, maknanya sebagai lambing kesuburan.
b) warna kuning sebagai lambang kejayaan,
c) warna putih sebagai lambang kebersihan, ketabahan hati, dan persaudaraan,
d) warna merah lambang keberanian,
e) warna biru lambang kedewasaan,
f) warna hitam sebagai lambang kesungguhan
Demikian penjelasan lengkap mengenai “Keunikan Rumah Adat Tradisional Kepulauan Riau” semoga dapat bermanfaat, terima kasih untuk kunjungan ke blog BukanTrik. Silahkan baca juga artikel terkait lainnya
-Rumah Adat kepulauan Riau-Post by-BukanTrik-, Rumah adat tradisional yang menjadi ciri khas provinsi kepulauan riau adalah ber nama rumah adat lontik. Salah satu keunikan Rumah adat lontok yaitu umumnya dibangun di pinggir aliran sungai.
Rumah tradisional ini di diami oleh masyarakat suku koto yang didirikan disepanjang tepi sungai atau pinggir jalan raya, yang umumnya sejajar dengan aliran sungai. Pada mulanya rumah adat lontik didirikan untuk seluruh keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga batih dan tinggal bersama.
Riau termasuk salah satu provinsi di pulau sumatera yang di huni suku bangsa Melayu di Lima Koto, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Lima Koto ini merupakan kesatuan daerah hukum adat yang berbeda dengan adat sesama suku bangsa Melayu daerah pesisir lainnya. Adat yang sama dengan Lima Koto ini adalah Rantau Kuantan di Kabupaten Indragiri Hulu dan sebagian dari daerah Rokan.
Koto menurut masyarakat setempat adalah perkampungan penduduk yang terdiri dari sekelompok rumah tempat tinggal, masjid dan Balai Adat atau Balai Godang, yang dikelilingi pagar bambu atau tanah. Bila satu unsur tidak ada, maka tidak dapat disebut Koto. Pada mulanya Koto dibangun di kaki bukit, tetapi karena pertumbuhan pantai sungai Kampar secara berangsur-angsur pindah ke daratan di pinggir sungai.
Tetapi dalam proses perkembangan zaman masing-masing kepala keluarga mulai mendirikan bangunan sendiri, yang umumnya lebih kecil namun letak rumah dan bentuknya masih menyesuaikan adat dan budaya menurut cara tradisional. Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya ditentukan menurut adat, yaitu rumah keluarga yang lebih tua berada di muka keluarga yang lebih muda.
Ada beberapa keunikan yang menjadi ciri khas dari rumah adat tradisional lontik di lihat dari sisi arsitekturnya yaitu diantaranya keunikan bentuk rumahnya, bahan yang digunakan, fungsi dari setiap ruangan , serta ornamen yang digunakan sebagai hiasan rumah yang menambah keindahan dan kenyamanan bagi si pemilik rumah, berikut penjelasan macam-macam keunikan yang tedapat pada rumah adat tradisional lontik
A. Keunikan BENTUK RUMAH adat lontik
Rumah Lantik disebut juga Rumah Lancang atau Pencalang. Nama Lontik diberikan menurut bentuk perabung atapnya yang lentik ke atas, sedangkan nama Lancang atau Pencalang karena bentuk hiasan kaki dindingnya berbentuk perahu atau Pencalang.
Rumah Lontik berbentuk persegi panjang dan berupa rumah panggung. Maksud dan fungsi rumah adat Berbentuk panggung adalah untuk menghindari bahaya banjir atau serangan binatang buas, selain itu juga untuk menyimpan barang-barang.
Keunikan Bentuk atap Rumah Lontik kedua ujungnya melengkung ke atas, hal ini mengandung makna bahwa awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada Tuhan Sang Maha Pencipta.
B. Tiang rumah lontik terdiri dari berbagai macam bentuk antara lain
a. segi empat yang melambangkan empat penjuru angin sehingga rumah tersebut dapat mendatangkan rezeki dari keempat penjuru angin.
b. Sedangkan Tiang segi enam itu melambangkan rukun iman dalam ajaran Islam yang mengandung makna harus ditaati oleh pemilik rumah,
c. segi tujuh melambangkan tujuh tingkatan surga dan tujuh tingkatan nerak.
d. Tiang bersegi delapan maknanya sama dengan segi empat,
e. sedangkan tiang bersegi Sembilan melambangkan pemilik rumah tergolong orang kaya.
f. Tiang yang terletak pada deretan kedua pintu masuk disebut Tiang Tuo dan merupakan tiang utama yang tidak boleh disambung. Pada tiang bagian luar diberi tiang gantung yang selain berfungsi untuk penopang kerangka dinding, juga sebagai hiasan.
C. Bagian lantai, dinding,pintu dan jendela rumah adat lontik
Lantai rumah dibuat dari papan yang disusun rapat, dan pemasangannya sejajar dengan rasuk, yaitu balok yang menyangga kerangka lantai. Dinding rumah Lantik mempunyai bentuk yang khas yaitu sebelah luar dibuat miring keluar,
sedangkan dinding dalam tegak lurus. Kaki dinding dan atas dinding melengkung sejajar dengan lengkungan atap.
Pintu dibuat dengan dua buah daun pintu yang semua dibuka kedalam. Tinggi ambang pintu sekitar 1,75 meter dan lebarnya antara 70 sampai 100 cm. Jendela pada rumah Lontik bentuknya dua macam yaitu berbentuk seperti pintu dengan dua buah daun jendela, dan jendela panjang yang tingginya hanya sekitar 50 cm tetapi lebarnya satu sampai dua meter.
D. Bagian ruangan rumah lontik
Susunan ruangan pada rumah Lontik berjumlah tiga, sesuai dengan ungkapan alam nan tigo yaitu tata pergaulan dalam kehidupan masyarakat.
a.) Pertama pergaulan antara sesama warga kampung yang disebut alam berkawan, terbatas pada tegur sapa dilambangkan dalam ruangan muka,
(b.) kedua alam bersanak yaitu pergaulan antar kaum kerabat dan keluarga. Dilambangkan dengan ruang tengah
(c) ketiga alam semalu yaitu kehidupan pribadi dan rumah tangga yang dilambangkan dengan ruang belakang. penjelasan tentang fungsi dan keunikan dari setiap ruangan pada rumah lontik
setiap rumah memiliki beberapa bagian ruangan yang mana setiap ruangan dan kamar memiliki fungsi dan keunikan tersendiri di sesuaikan dengan kebutuhan yang di rencanakan oleh si pemilik rumah. Begitupun dengan rumah adat lontik yang memiliki beberapa ruangan yang tentunya memiliki fungsi dan keunikan nya berilut penjelasan nya
1. ruang muka atau ruang pertama
Ruang pertama biasanya terletak dibagian depan . pada rumah adat lontik setelah naik tangga terdapat ruangan yaitu ruang muka atau ruang bawah karena lantai nya lebih rendah dari pada lantai rumah utama (induk), dan dipisahkan oleh dinding dan bendul. Ruang bawah sebelah kiri apabila kita masuk disebut ujung bawah tempat duduk ninik mamak dan undangan dalam suatu upacara tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari ruang ujung bawah digunakan sebagai tempat bersembahyang. Oleh karena itu ruang ujung bawah ini selalu disediakan tikar sembahyang. Ruang muka / ruang bawah sebelah kanan masuk disebut pangkal rumah, berfungsi untuk tempat duduk ninik mamak pemilik rumah, atau ninik mamak nan punyo soko pada waktu upacara. Sehari-hari ruang ini digunakan sebagai tempat tidur ninik mamak sehingga selalu tersedia lapik kenduran.
2. Ruang kedua adalah ruangan tengah atau rumah induk.
Meskipun tanpa pembatas, namun sesuai dengan fungsinya dibagi dua. Sebelah kanan pada rumah adat lontik disebut ujung tengah, digunakan sebagai tempat “gerai pelaminan” pada waktu upacara perkawinan.
Dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai tempat tidur pemilik rumah, maka di ruang ini disediakan tempat tidur berupa gerai atau katil. Ruang tengah sebelah kiri kita masuk disebut poserek, digunakan untuk tempat tidur maupun tempat berkumpul orang tua perempuan, keluarga perempuan dan anak-anak.
3. Ruang ketiga adalah ruang belakang atau pedapuan/ dapur
dapur yang digunakan untuk memasak, tempat makan keluarga, dan tempat menerima tamu wanita (kaum ibu). Kadang-kadang ruang ini juga digunakan untuk tempat tidur anak gadis. Di pedapuan ini terdapat dapur tempat memasak yang dibuat bertiang, seperti balai-balai, dan diberi tungku dari batu.
Dinding dapur ini sebelah dalamnya dilapisi seng untuk mencegah agar api tidak membakar dinding, dan diatasnya dibuat para-para tempat menyimpan alat dapur atau mengeringkan dan mengawetkan bahan makanan. Ruang belakang ada yang bersatu dengan rumah induk dan ada kalanya dipisahkan oleh ruang lain yang disebut telo atau sulo pandan. Ruang ini diberi dinding dan digunakana untuk meletakan barang-barang keperluan sehari-hari dan keperluan dapur lainnya.
4. Ornament ukiran sebagai HIASan pada rumah adat lontik
Keunikan lain dari Rumah Adat Lontik adalah ragam ukiran dan hiasan memiliki banyak ornament ukiran yang beragam dan ciri khas bentuk ukirannya diantaranya sebagai berikut
a. pada bagian bawah yakni tangga. Pada kepala tangga (di atas) diberi ukiran lambai-lambai jenjang yaitu berbentuk garis-garis lengkung dengan daun-daunan pada ujung garis selalu melingkar.
Pada anak tangga diberi ukiran yang disebut ombak-ombak atau lebah bergantung. Ukiran ini mengandung makna harapan dan kegigihan dalam berusaha, dan garis yang melingkar melambangkan perjalanan hidup manusia selalu berada dalam lingkaran nasib.
b. Pada dinding diberi ukiran yang disebut Gondo Ari, sedangkan ukiran pada sudut dinding disebut Kepala Gondo Ari. Ukiran ini melambangkan kehidupan dan kesuburan oleh sebab itu kadang-kadang diberi warna hijau.
c. pada atap rumah sampai ke cucurannya. Pada kedua ujung atap diberi hiasan ukiran yang disebut Sulo Bayung, berbentuk melengkung ke atas menyerupai tanduk kerbau, taji atau bulan sabit.
Ukiran ini mengandung makna bulan yang memberi penerangan kepada seisi rumah. Sedangkan pada ke empat sudut cucuran atap diberi hiasan yang disebut Sayok Layangan atau Sayap Layang-layang.
d. Jendela diberi hiasan ukiran yang umumnya bermotif tumbuhan. Di atas jendela diberi ukiran terawang bungo sekaki atau keluk paku melambangkan harapan dan kesuburan.
Selain bentuk ukiran yang unik juga ada ragam Warna dominan yang menjadi keunikan lain nya pada ornamen ragam hias rumah Lontik diantaranya adalah
a) warna hijau, maknanya sebagai lambing kesuburan.
b) warna kuning sebagai lambang kejayaan,
c) warna putih sebagai lambang kebersihan, ketabahan hati, dan persaudaraan,
d) warna merah lambang keberanian,
e) warna biru lambang kedewasaan,
f) warna hitam sebagai lambang kesungguhan
Demikian penjelasan lengkap mengenai “Keunikan Rumah Adat Tradisional Kepulauan Riau” semoga dapat bermanfaat, terima kasih untuk kunjungan ke blog BukanTrik. Silahkan baca juga artikel terkait lainnya
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan sopan