upacara adat dan kepercayaan suku batak sumatera utara
-Upacara Adat Sumatera Utara-Postedby-BukanTrik-, Didaerah batak terdapat beberapa agama dan keyakinan anatar lain agama islam, agama katolik, dan agama prostestan, agama islam disiarkan oleh orang minangkabau sejak tahun 1810 dan sekarang dianut oleh sebagian besar orang batak mandailing dan batak angkola, sedangkan agama kristen prostestan dan katolik disiarkan kedaerah toba dan simalungun oleh para zending dan misionaris dari jerman sejak tahun 1863, sekarang agama ini dianut oleh sebagian besar orang batak karo, batak toba, batak simalungun dna batak pakpak
Menyangkut jiwa dan roh , orang batak mengenal tiga konsep yaitu tondi, sahala dan begu,
1. Upacara Kehamilan
2. Upacara Kelahiran
Upacara Mangebang
Upacara Khitanan
Ada banyak jenis kematian pada adat suku Batak, diantaranya adalah :
-Upacara Adat Sumatera Utara-Postedby-BukanTrik-, Didaerah batak terdapat beberapa agama dan keyakinan anatar lain agama islam, agama katolik, dan agama prostestan, agama islam disiarkan oleh orang minangkabau sejak tahun 1810 dan sekarang dianut oleh sebagian besar orang batak mandailing dan batak angkola, sedangkan agama kristen prostestan dan katolik disiarkan kedaerah toba dan simalungun oleh para zending dan misionaris dari jerman sejak tahun 1863, sekarang agama ini dianut oleh sebagian besar orang batak karo, batak toba, batak simalungun dna batak pakpak
Walaupun suku batak sudah menganut agam islam dan agama kristen, namun konsep-konsep kepercayaan atau religi purba msih hidup terutama dipedasaan, sumber utama untuk mengetahui kepercayaan dan religi purba ini adaalh buku pustaha yang terbuat dari kayu dan ditulis dengan hurup batak, buku tersebut memuat konsep-konsep tentang pencipta, jiwa , roh dan dunia akhirat
Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam ini beserta isinya diciptakan oleh debata mulajadi na bolon (debata kaci-kaci dalam bahasa batak karo) yang artinya tuhan yang maha esa yang memiliki kuasa kemuliaan diatas langit (dibanua atas) dan pancaran kekuasaannya terwujud dalam debata natolu yaitu silaon nabolon (toba) atau tuan padukah ni aji (karo).
Sebagai penguasa dunia makhluk halus ia bernama pane na bolon(toba) atau tuan banua holing (karo) selain debata kaci-kaci dan kedua penjelemaannya orang batak karo masih mengenal penguasa lain yaitu sinimataniari sebagai penguasa matahari dan beru dayang sebagai penguasa bulan pelangi. Disamping sebagai pencipta. Debata mulajadi na bolon juga mengatur kejadian gejala-gejala alam, seperti hujan dan kehamilan sedangkan pane na bolon mengatur setiap penjuru mata angin
Menyangkut jiwa dan roh , orang batak mengenal tiga konsep yaitu tondi, sahala dan begu,
Tondi adalah jiwa atau roh seseorang yang sekaligus merupakan kekuatannya. Sahala adalah jiwa jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang, semua orang memiliki tondi tetapi tidak semua orang mempunyai sahala dan buila ada yang memilikinya jumlah maupun kualitasnya berbeda-beda sahala dari seorang raja atau datu lebih banyak dan lebih kuat dari orang biasa, begitu pula sahala dari hula hula lebih kuat dari sahala boru
Sahala itu dapat berkurang dan menentukan perikehidupan seseorang, berkurangnya sahala menyebabkan seseorang kurang disegani atau kedatuannya hilang, sahala ini sama dengan sumangat atau tuah, kesaktian dalam bahasa batak karo
Tondi didapat oleh seseorang pada waktu ia masih ada dalam kandungan, begitu pula sahala atau sumangat. Oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia, sedangkan sahala menentukan wujud dan jalan orang itu dalam kehidupan selanjutnya.
Bila tondi meninggalkan badan maka orang tersebut akan sakit kemudian meninggal, jika keluar tondi dari badan karena adanya kekuatan lain (sombaon) yang menawannya, maka harus diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi, upacara ini dalam bahasa batak karo disebut ndilo tondi, ngaleng berawan
Begu adalah tondi ornag yang telah meninggal, tingkah-lakunya sama dengan tingkah laku manusia, tetapi hanya muncul pada mala hari, ornag batak mengenal begu yang baik maupun begu yang jahat, begu yang jahat harus dipuja pelean (sajian) orang batak karo mengenal beberapa macam begu yaitu:
- Batara guru atau begu perkakun jabu yaitu begu dari bayi yang meninggal waktu masih dalam kandungan
- Bicara guru adalah begu anak yang meninggal sebelum tumbuh gigi dan begu penjaga kerabat ayahnya
- Begu mate sada wari yaitu begu dari orang yang meninggal secara tidak wajar, misalnya mati terbunuh, jatuh dan sebagainya
- Mate kayat kayatan yaitu begu dari orang yang mati muda
- Sombaon yaitu sejenis begu yang bertempat tinggal di pegunungan atau dihutan rimba yang padat , gelap, dan mengerikan
- Solobean yaitu begu yang dianggap sebagai penguasa dari tempat tertentu di toba
- Silan yaitu begu yang serupa dengan sombaon menempati pohon besar atau batu yang nah bentuknya tetapi dianggapa sebagai nenek moyang pendiri hula dan nenek moyang dari marga
- Begu ganjang yaitu begu yang sangat di takuti karena dapat dipelihara dan digunakan membinasakan orang lain yang dibenci oleh pemeliharanya
Begu-begu ini seperti manusia yang hidup,mempunyai tempat tinggal, ornag batak karo percaya bahwa begu mempunyai perkampungan , menurut konsepsi mereka sebelum begu itu memasuki perkampungannya, terlebih dahulu mengembara sampai orang yang meninggal telah dikubur selama 4 hari, sehubungan dengan konsepsi itu maka ziarah pertama dilakukan pada hari keempat setelah penguburan, ziarah ini merupakan pertemuan perpisahan dengan begu yang pergi ke perkampungan begu
Masuknya begu perkampungan begu bukan berarti hubungan dengan kerabatnya yang masih hidup sudah putus begu ini tetap berkeliaran dan berhubungan dengan kerabatanya melalui seorang dukun wanita yang berlaku sebagai perantara yang disebut guru sibaso
Orang batak karo juga percaya terhadap makhluk-makhluk halus lain yang suka menolong manusia makhluk-makhluk yang tinggal didalam gua gua dan ditebing tebing sungai ini disebut umng dan jangak
Dalam sistem kepercayaan dan religi purba orang batak ada juga kepercayaan pada kekuatan sakti dan jimat (tagkal dalam bahasa batak karo) tongkat wasiat (tunggal panaluan) dan mantra-mantra (tabas) semua kekuatan sakti itu menurut kitab-kitab ilmu gaib orang batak (pustaha) berasal dari pemberian raja batak
Dalam hal upacara adat suku batak yang ada di sumatera utara memiliki prinsip-prinsif yang sama dengan beberapa daerah di indonesia yaitu unsur kepercayaan yang didasarai tentang daur kehidupan manusia yaitu daur kehidupan dan kematian yang setiap daerah memiliki ritual tertentu dalam melaksanakan ritual tradisi tersebut berikut macam macam nama contoh upacara adat suku batak sumatera utara diantaranya
A. Upacara proses kehidupan
1. Upacara Kehamilan
Upacara masa kehamilan secara umum sama bentuknya untuk setiap etnik yang ada si Sumatera Utara. Upacara kehamilan untuk suku bangsa Batak Toba merupakan suatu upacara yang tidak kurang pentingnya di dalam daur hidup. Di kalangan orang Batak Toba dikenal beberapa nama upacara pada masa kehamilan. Yaitu upacara Manghare atau Mangganje. Selain kedua istilah ini dikenal juga istilah Mardahan/Taor. Ketiga istilah tersebut maksud dan tujuannya sama, perbedaannya hanya terletak pada daerah pendukung istilah itu.
Ramuan-ramuan di dalam Hare mengandung makna serta permohonan kepada Mula Jadi na Bolon agar setiap mahkluk halus berhati damai, serta memberi restu kepada Si Serep Ina dan sang bayi yang akan lahir. Dengan demikian seluruh roh-roh jahat, roh penjaga keramat tidak menggangu kehamilan sehingga kandungan tidak keguguran (mareme na Bibi), posisi bayi dalam kandungan dalam keadaan baik tidak sungsang, si bayi tidak cacat, sehat, dan kuat.
Pada saat si ibu telah melahirkan maka segera si bapak menjatuhkan kayu besar dari atap rumah ke halaman lalu mengapaknya (Manaha Saganon), dimana kayu tersebut nantinya akan di baker di atas Tataring (tungku perapian). Suara kampak ini merupakan tanda pengumuman pada seisi kampung, seorang bayi telah lahir. Upacara ini disebut dengan upacara Mangharaon.
Setelah acara itu selesai, tibalah masa krisis yang dinamakan ‘Roburobuan’ lamanya 7 hari 7 malam. Selama masa krisis ini, seluruh penduduk/warga desa berkumpul di rumah si bayi setiap malam, agar selalu ada orang yang terjaga sehingga roh dan hantu jahat (Boru sirumata atau Boru sibalikhunik) jangan sampai mengganggu atau mengambil si bayi.
Upacara Martutu Aek
Upacara Martutuaek: adalah upacara yang selalu dimulai dengan acara makan dengan memotong babi atau kerbau. Upacara ini dilakukan setelah Datu memilih hari yang baik dengan melihat kalender Batak yang dinamakan Parhalaan. Upacara ini dimulai dengan berjalan beriringan dari rumah menuju ke pancuran yang menandakan ada sebuah bayi baru dimandikan.
Upacara Mengebang: masih dalam rangkaian upacara kelahiran, upacara ini dilakukan setelah si bayi berumur 21 hari. Si bayi dibawa ke pasar yang digendong oleh ibu dan diiringi oleh kerabat keluarga. Si bayi yang digendong ditutupi dengan Ulos Sirara (ulos yang merah).
Upacara Khitanan: Khitan atau sunat bagi suku bangsa Melayu ada 2 bagian. Upacara untuk laki-laki didakan pada umur 7-12 tahun dan untuk perempuan kira-kira pada umur 2 tahun. Kedua upacara pelaksanaannya tidak banyak berbeda, hanya pada pemotongan alat kelaminnya dan untuk perempuan tidak diadakan arak-arakan seperti laki-laki
B. Upacara Kematian
Ada banyak jenis kematian pada adat suku Batak, diantaranya adalah :
- Sari Matua adalah istilah dimana seseorang yang meninggal dunia apakah suami atau isteri yang sudah bercucu baik dari anak laki-laki atau putri atau keduanya, tetapi masih ada di antara anak-anaknya yang belum kawin (hot ripe).
- Saur Matua adalah istilah dimana seseorang yang ketika meninggal dunia dalam posisi “Titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru”. Tetapi sebagai umat beragama, hagabeon seperti diuraikan diatas, belum tentu dimiliki seseorang. Artinya seseorang juga berstatus saur matua seandainya anaknya hanya laki-laki atau hanya perempuan, namun sudah semuanya hot ripe dan punya cucu
- Mauli Bulung adalah istilah dimana seseorang yang meninggal dunia dalam posisi titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru sahat tu namar-nini, sahat tu namar-nono dan kemungkinan ke marondok-ondok (Seseorang yang beranak pinak, bercucu, bercicit mungkin hingga ke buyut). yang selama hayatnya, tak seorangpun dari antara keturunannya yang meninggal dunia (manjoloi). Dapat diprediksi, umur yang Mauli Bulung sudah sangat panjang, barangkali 90 tahun keatas, ditinjau dari segi generasi. Mereka yang memperoleh predikat mauli bulung sekarang ini sangat langka.
- Martilaha (anak yang belum berumah tangga meninggal dunia)
- Mate Mangkar (yang meninggal suami atau isteri, tetapi belum berketurunan)
- Matipul Ulu (suami atau isteri meninggal dunia dengan anak yang masih kecil-kecil)
Demikian penjelasan lengkap mengenai nama macam-macam “Upacara Adat dan Kepercayaan Suku Batak Sumatera Utara” semoga dapat bermanfaat, terima kasih untuk kunjungan ke blog BukanTrik. Silahkan baca juga artikel terkait lainnya
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan sopan