0 Comment
Nama Pakaian Adat Tradisional Gorontalo keterangan dan penjelasan lengkap

Nama-Pakaian-Adat-Tradisional-Gorontalo-keterangan-dan-penjelasan

-Pakaian Adat Gotontalo-Postedby-BukanTrik-, Secara garis besar pakaian tradisional indonesia memiliki fungsi yang umum yaitu sebagai penutup aurat, pelindung tubuh dari cuaca tetapi juga ada makna lain di balik itu yang tentunya memiliki nilai sacral dan penting bagi si pemakainya diantaranya ada beberapa pakaian yang di gunakan / disesuaikan dengan kondisi dan acara acara tertentu yakni; pakaian adat untuk keseharian (sehari-hari ), pakaian adat untuk upacara adat , dan pakaian adat upacara perkawinan

Tak terkecuali dengan provinsi gorontalo yang memiliki pakaian khas daerah sendiri baik untuk upacara perkawinan, khitanan, baiat (pembeatan wanita), penyambutan tamu, maupun upacara adat lainnya. Untuk upacara perkawinan, pakaian daerah khas Gorontalo disebut dengan nama pakaian Paluawala.

Pakaian adat ini umumnya dikenal terdiri atas tiga warna, yaitu warna ungu, warna kuning keemasan, dan warna hijau. Dalam adat-istiadat Gorontalo, setiap warna memiliki makna atau lambang tertentu. Karena itu, dalam upacara pernikahan adat gorontalo, masyarakat hanya menggunakan empat warna utama, yaitu merah, hijau, kuning emas, dan ungu.

Warna merah dalam masyarakat adat Gorontalo memiliki makna sebagai simbol dan lambang keberanian dan tanggung jawab, warna hijau memiliki makna sebagai simbol dan lambang dari kesuburan, kesejahteraan, kedamaian, dan kerukunan, warna kuning emas memiliki makna sebagai simbol dan lambang kemuliaan, kesetian, kebesaran, dan kejujuran, sedangkan warna ungu memiliki makna keanggunanan dan kewibawaan.

Pada umumnya masyarakat adat Gorontalo enggan mengenakan pakaian dengan warna coklat karena coklat melambangkan tanah. Karena itu, bila masyarakat gorontalo ingin mengenakan pakaian warna gelap, maka masyarakat akan memilih warna hitam yang bermakna keteguhan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Warna putih memiliki makna simbol dan lambang kesucian atau kedukaan. Karena itu, masyarakat Gorontalo lebih suka mengenakan warna putih bila pergi ke tempat perkabungan atau kedukaan atau ke tempat ibadah (masjid).
Biru muda sering dikenakan pada saat peringatan 40 hari duka,
sedangkan biru tua dikenakan pada peringatan 100 hari duka.

Dengan dasar pandangan terhadap warna tersebut, maka pada hiasan untuk upacara pernikahan masyarakat Gorontalo hanya menggunakan empat warna utama juga, yakni warna merah, hijau, kuning emas, dan ungu.

Sebagaimana disebutkan di atas, masyarakat Gorontalo memiliki pakaian khas tersendiri untuk berbagai upacara adat baik perkawinan, pengkhitanan, pembaitan, mandi lemon dan upacara adat lainnya

Pakaian Adat Pernikahan Pria dan Wanita Khas provinsi Gorontalo


Pada waktu akad nikah pengantin mengenakan pakaian adat yang disebut Wolimomo dan Payungga. Saat itu pengantin pria berada di kamar adat yang disebut Huwali Lo Humbiya. Paluwala artinya suatu ikatan keluarga pada keluarga besar : Duluwo lou limo lo pohala Gorontalo, Limboto, Suwawa, Bolango, dan Atinggola.

Sedangkan Bili’u berasal dari kata bilowato artinya yang diangkat, yakni sang gadis diangkat dengan memperlihatkan ayuwa (sikap) dan popoli (tingkah laku), termasuk sifat dan pembawaanya di lingkungan keluarga. Pakaian ini dipakai pada waktu pengantin duduk bersanding di pelaminan yang disebut puade atau tempat pelaminan. Kemudian pengantin mengenakan pakaian Madipungu dan Payunga Tilambio, yaitu pakaian pengantin wanita tanpa Bayalo BoUte atau hiasan kepala, cukup pakai konde dengan hiasan sunthi dan pria memakai Payunga Tilambio.

Dalam adat pernikahan Gorontalo sebelum hari H dilaksanakan acara Dutu, di mana kerabat pengantin pria akan mengantarkan harta dengan membawakan buah-buahan, seperti buah jeruk, nangka, nenas, dan tebu. Nah, Setiap buah yang dibawa juga punya makna tersendiri, misalnya
  • buah jeruk bermakna bahwa ˜pengantin harus merendahkan diri, duri jeruk bermakna bahwa ˜pengantin harus menjaga diri, dan rasanya yang manis bermakna bahwa ˜pengantin harus menjaga tata krama atau bersifat manis supaya disukai orang’.
  • Buah Nenas, durinya juga memiliki makna bahwa seorang pengantin harus menjaga diri, dan begitu pula rasanya yang manis.
  • Buah Nangka dalam bahasa Gorontalo Langge lo oto, yang berbau harum dan berwarna kuning emas mempunyai makna bahwa pengantin harus memiliki sifat penyayang dan penebar keharuman.
  • Tebu yang berwarna kuning memiliki makna bahwa pengantin harus menjadi orang yang disukai dan teguh dalam pendirian.
Demikian penjelasan lengkap mengenai macam-macam jenis “Nama Pakaian Adat Tradisional Gorontalo” semoga dapat bermanfaat, terima kasih untuk kunjungan ke blog BukanTrik. Silahkan baca juga artikel terkait lainnya

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan sopan

 
Top