Upacara adat istiadat dan kepercayaan bengkulu
-Upacara Adat Bengkulu-Postedby-BukanTrik-, Adat istiadat mempunyai sifat yang kekal dan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar terhadap anggota masyarakatnya sehingga anggota masyarakat yang melanggarnya akan menerima sanksi yang keras. &anksi yang diberikan dapat berupa sanksi formal maupun informal
RANGKAIAN prosesi UPACARA RITUAL adat TABOT
1. Upacara Pengambilan Tanah
2. Upacara Duduk Penja
4. Malam Arak Jari-jari dan Arak Seroban
5. Hari GAM
6. Tabot Naik Pangkek
7. Malam Arak Gedang
8. Arak-arakan Tabot Pejuang
Upacara Sebelum Perkawinan
1. prosesi Menindai
2. prosesi Betanye
3. prosesi Malam Bertungan/Menarik Rasan
4. prosesi Makan Ketan
5. prosesi Pembentukan Panitia Kerja
6. Pesta Pernikahan
7. prosesi Hari Mufakat (Arai Pekat)
Hari Mufakat (Arai Pekat), ini mempelai wanita sudah harus dirias untuk memakai pakaian pengantin (pakaian adat), Untuk merias pengantin pertama kali ini tidak dilakukan di rumahnya melainkan harus dilakukan di rumah salah seorang kerabatnya yang di sebut dengan ‘Bakondai’.
8. prosesi Malam Napa
9. prosesi Hari bercerita
-Upacara Adat Bengkulu-Postedby-BukanTrik-, Adat istiadat mempunyai sifat yang kekal dan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar terhadap anggota masyarakatnya sehingga anggota masyarakat yang melanggarnya akan menerima sanksi yang keras. &anksi yang diberikan dapat berupa sanksi formal maupun informal
Agama yang dianut Masyarakat Bengkulu mayoritas adalah Agama Islam yang memang di Indonesia sendiri umumnya adalah menganut Agama Islam dan juga terdapat agama lain seperti Kristen, Hindu, Budha, bahkan ada yang menganut Animisme.
Setiap daerah memiliki beberapa ritual adat istiadat yang merupakan bentuk tingkah laku (aturan) yang dianut secara turun temurun dan berlaku sejak lama. Adat istiadat termasuk aturan yang sifatnya ketat dan mengikat yang ditidak terlepas dari lingkaran hidup manusia yang mengalami 3 peritiwa penting yakni masa lahir, masa kawin, dan masa mati.
masyarakat Bengkulu memiliki prosesi upacara adat istiadat yang merupakan tradisi yang dilaksanakan masyarakat secara turun temurun. Sampai saat ini masih didapati sisa-sisa penyelenggaraan upacara-upacara tradisional, terutama di daerah pedesaan dan pedalaman.
Beberapa upacara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Bengkulu yang berkenaan dengan aktivitas hidup mereka sehari-hari diantarnya adalah:
Upacara adat tabot
Upacara Tabot merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu yang diadakan untuk mengenang kisah kepahlawan Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW, yang wafat dalam peperangan di padang Karbala, Irak. yang diperingati pada setiap tanggal 1-10 Muharram. Masyarakat membuat (gerga) bangunan kecil berbentuk rumah atau stupa terbuat dari batu, yang berfungsi untuk tempat upacara ini. Ada serangkaian upacara dalam Tabot; yaitu duduk penja, menjara, mengarak tabot, dan membuang tabot.
Upacara Tabot sebenarnya tidak hanya berkembang di Bengkulu saja, namun juga sampai ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meulaboh, dan Singkil. Dalam perkembangannya, kegiatan Tabot kemudian menghilang di banyak tempat. Saat ini, hanya ada dua tempat yang melaksanakan upacara ini, yakni Bengkulu dan Pariaman, Sumatra Barat yang menyebutnya dengan upacara adat Tabuik.
Tabot sendiri berasal dari kata Arab, Tabut yang secara harfiah berarti kotak kayu atau peti. Tabot dikenal sebagai peti yang berisikan kitab Taurat Bani Israil, yang dipercaya jika muncul akan mendapatkan kebaikan, namun jika hilang akan mendapatkan malapetaka. Saat ini, Tabot yang digunakan dalam Upacara Tabot di Bengkulu berupa suatu bangunan bertingkat-tingkat seperti menara masjid, dengan ukuran yang beragam dan berhiaskan lapisan kertas warna warni.
Pembuatan Tabot harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan secara bersama-sama oleh keluarga pemilik Tabot, keturunan Syekh Burhanudin (Imam Senggolo) yang merupakan pelopor diperkenalkannya Tabot di wilayah Bengkulu. Terdapat dua kelompok besar keluarga pemilik Tabot, yakni kelompok Tabot Barkas dan Tabot Bangsal.
1. Upacara Pengambilan Tanah
Upacara Pengambilan Tanah dilaksanakan pada malam hari sebelum tanggal 1 Muharram, sekitar pukul 20.00 WIB (setelah shalat Isya). Upacara Pengambilan Tanah dilakukan di dua tempat, yaitu di Pantai Nala dan Tapak Paderi. Upacara ini diartikan sebagai peringatan atau mengenang kembali manusia yang pada awalnya diciptakan dari tanah dan nantinya akan kembali menjadi tanah.
Upacara ini dilengkapi sesajen berupa bubur merah, gula merah, sirih tujuh subang, rokok tujuh batang, air kopi pahit, air serobat (air jahe), air susu sapi murni, air cendana dan air selasih. Sesudah sesajen didoakan, diambil tanah dua kepal, sekepal diletakkan di Gerga (di ibaratkan benteng) dan sekepal lainnya dibawa pulang untuk diletakkan diatas Tabot yang akan dibuat.
Upacara Sakral Duduk Penja dilaksanakan selam dua hari, yakni pada tanggal 4 dan 5 Muharram pada pukul 16.00 WIB. ini dilakukan pada tanggal 5 Muharram. Penja adalah Pending Jari-Jari yang berbentuk jari-jari tangan yang terbuat dari tembaga serta disimpan diatas rumah sekurang-kurangnya selama satu tahun.
Didahului dengan berdoa, Penja diturunkan untuk di cuci, dilengkapi sesajen berupa emping, air serobat, susu murni, air kopi pahit, nasi kebuli, pisang emas dan tebu. Setelah dicuci, keluarga pembuat tabot langsung mengantarkan Penja yang dibungkus ke gerganya, dengan diiringi alat musik tradisional dol dan tassa, untuk disimpan kembali selama upacara perayaan tabot.
3. Upacara Menjara
Upacara Menjara dilaksanakan malam hari tanggal 5 dan 6 Muharram mulai pukul 19.30 WIB. Menjara berarti “perjalanan panjang di malam hari”, upacara ini dimaksudkan untuk melakukan silahturahmi atau konsolidasi.
Pada malam pertama (tanggal 5 Muharram) kelompok Bangsal mengunjungi kelompok Imam dan pada malam kedua (tanggal 6 Muharram) kelompok Imam mengunjungi kelompok Bangsal dengan perlengkapan Dol dan Tassa. Dalam perjalanan perlengkapan musik Dol dan Tassa akan melagukan lagu Semi Tsauri pada saat berjalan dan lagu-lagu Tsauri, Melalu dan Tamatam pada tempat-tempat berhenti.
Upacara Arak Jari-Jari dilakukan pada tanggal 7 Muharram pukul 19.30 malam. Malam Arak Jari-Jari dilaksanakan dengan menempatkan Penja yang sudah didudukkan di atas Tabot Coki, kemudian diarak untuk berkumpul di tanah lapang.
Sedangkan persiapan upacara Arak Seroban diselenggarakan pada tanggal 8 Muharram pukul 16.00 WIB (setelah shalat Ashar), yakni mempersiapkan Seroban untuk diarak bersam-sama Penja (Jari-Jari) pada malam harinya. Upacara ini di ibaratkan sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa jari-jari tangan dan sorban Amir Hussain telah ditemukan di Padang Karbala.
Hari GAM berlangsung pada tanggal 9 Muharram, dimulai pada pukul 06.00 WIB. Hari GAM berarti tidak boleh ada bunyi-bunyian sama sekali sampai Tabot Naik Pangkek.
Pada pukul 14.00 WIB sesudah shalat Dhuhur tanggal 9 Muharram dilakukan acara Tabot Naik Pangkek. Tabot Naik Pangkek adalah kegiatan menyambungkan bangunan puncak Tabot dengan bangunan bagian Tabot Gedang di tempat pembuatannya.
Pada tanggal 9 Muharram pukul 16.00 Tabot dibawa ke Gerga untuk Soja dan Penja dinaikkan ke atas Tabot sebelum diarak menuju tanah lapang untuk bersanding. Pada pukul 19.00 malam harinya Tabot sudah bersanding di tanah lapang, prosesi ini disebut Malam Arak Gedang.
Pagi hari pukul 08.00 WIB tanggal 10 Muharram Tabot kembali diarak untuk bersanding di tanah lapang. Setelah itu Tabot diarak menuju Kerabela (sebutan orang Bengkulu untuk Karballa). Sebelum diarak, seluruh Tabot menyembah terlebih dahulu kepada Tabot Imam dan Tabot Bangsal. Juru Kunci menyambut arak-arakan Tabot di pintu gerbang Kerabela.
Sebelum masuk dilakukan upacara untuk meluruskan mana yang bengkok, memberitahu mana yang keliru dan memperbaiki mana yang salah. Setelah itu arak-arakan Tabot menuju kompleks pemakaman Kerabela, dan di sini dilaksanakan upacara penyerahan Tabot kepada leluhur di makam Syahbedan Abdullah (ayahanda Syech Burhanuddin).
UPACARA PERKAWINAN
Selain upacara tabot ada juga prosesi yang sangat sakral yang biasa dilakukan oleh masyarakat bengkulu yaitu prosesi tradisi adat upacara perkawinan. Upacara perkawinan suku bangsa Lembak secara umum yang berada di Bengkulu dan khususnya yang bertempat tinggal di Kota Bengkulu pada dasarnya sama, dengan tingkatan urut-urutan diantaranya sebagai berikut:
Upacara Perkawinan (Kerje/Bapelan), merupakan urutan kegiatan mulai memilih macam bimbang, Arai Pekat (Kenduri Sekulak), Menikah, Malam Napa, Arai Becerita (Walimahan), dan sampai akhirnya menyalang (nyalang).
Upacara sebelum perkawinan, yang terdiri dari beberapa prosesi adat yang biasa dilakukan yang dimulia dari mulai dari menindai (melihat kecocokan), betanye (bertanya), Ngatat Tande atau memadu rasan (berasan), dan Bertunangan (Makan Ketan) berikut penjelasan lengkat dari tiap-tiap prosesi adat istiadat perkawinan.
Menindai adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki dalam mengamati dan mengevaluasi bagaimana kecocokan bila anak laki-lakinya nanti menikah dengan keluarga (anak wanita) yang ingin di nikahinya. Proses ini biasanya yang paling mudah dilakukan karena dapat dilihat secara fisik dan kasat mata yaitu dengan cara mengamati bagaimana sikap dan perilaku, melihat kepiawaiannya dalam memasak, rumahnya apakah selalu bersih dan rapih bahkan rupawan dari wanita tersebut.
Betanye merupakan langkah awal bagi pihak laki-laki untuk menyampaikan hasratnya dan bertanya apakah pihak perempuan (g4dis) belum berjanji atau bertunangan dengan pria lain. Bila seandainya belum maka disampaikanlah maksud/hajad, untuk mengikat pertunangan dengan anak gadis keluarga yang ditanya. Alat yang dibawa adalah sekapur sirih lengkap dengan kapur, pinang, dan sebagainya yang dibungkus dengan sapu tangan terawang putih.
Setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, maka pada kedatangan kedua, utusan biasanya masih keluarga dekat, yang maksudnya adalah untuk Ngatat tande (Ikatan pertunangan). Ciri/tanda yang diberi tersebut biasanya dalam dua bentuk, yaitu: berbentuk uang atau berbentuk barang berharga berupa emas (cincin).
Malam Bertungan/Menarik Rasan, setelah hari dan waktu bertunangan yang disepakati tiba, maka pihak laki-laki akan datang untuk bertunangan dengan membawa apa yang telah disepakati (terutama berupa uang, sedangkan barang berupa seperti kerbau dan pembawaanya) akan diserahkan kapan diminta oleh pihak gadis.
Selain dari mengantarkan persyaratan yang harus dipenuhi, maka pada saat itu dibicarakan pula kapan jadwal dilakukan pernikahan, untuk penetapan jadwal tersebut pada saat itu sebagai patokan adalah kapan masa panen.
Makan Ketan, setelah diadakan konsultasi dan sepakat tentang hari kerje/bepelan maka oleh ahli rumah terlebih dahulu biasanya diadakan kesepakatan rapat interen (ngumpul sanak saudara) untuk mulai mempersiapkan dan meramu segala sesuatu yang b3rhubung4n dengan kebutuhan mengangkat pekerjaan seperti: berberas (menumbuk padi untuk kebutuhan kerje/bepelan, mengumpulan alat-alat untuk pangujung (balai), serta persiapan seperti pembuatan rumah tanak (tempat berteduh tukang masak air dan nasi).
Selanjutnya pada malam yang telah ditentukan diadakanlah rapat (berasan) dengan penghulu syara’, adik sanak, kaum kerabat yang biasanya dipimpin oleh penghulu adat/ketua adat, malam berasan ini dikenal dengan istilah Malam Makan Ketan.
Pembentukan Panitia Kerja, setelah secara resmi acara pertunangan diumumkan, maka selanjutnya ketua adat membuka acara berasan adik sanak untuk membentuk kepanitian acara pernikahan pengantin yang dimaksud.
Pembentukan organisasi upacara tersebut sekaligus menunjuk para petugas yang akan mengambil tanggung jawab pelaksanaan antara lain: tue kerje (Ketua Kerja), penyambut tamu, tukang sambal (tukang sambal), tukang joda (tukang jauda), Tukang Ayo (Ahli menyiap air), Tukang nasi (Ahli memasak nasi), ketua jenang yang biasanya ditunjuk jenang atas pengujung (jenang pucuk) dan jenang belakang (jenang bawah), begitu pula biasanya ditunjuk Cikidar (jenang perempuan) besarta anggota-anggotanya, serta pada saat itu biasanya telah ditunjuk juga induk inang (perias pengantin) dan inang (pengapit pengantin).
Pesta Pernikahan, Pelaksanaan perkawinan dalam Bahasa Lembak sering disebur Kerje atau Bepelan yang merupakan inti atau puncak dalam upacara perkawinan. Kegiatan itu merupakan rangkaian dari suatu perayaan sebagai pernyataan suka dan rasa syukur segenap keluarga baik dalam hubungan keluarga dekat maupun keluarga jauh.
Pesta Pernikahan dilaksanakan kedua belah pihak dan berlangaung selama 2 hari 2 malam untuk satu pihak, hari pertama disebut dengan Hari Mufakat (Arai pekat) sedangkan harl kedua disebut Hari Bercerita (Andun). Pelaksanaan akad nikah biasanya dilangsungkan pada hari mufakat (Arai pekat), dahulu dilaksanakan pada hari kedua.
Hari Mufakat (Arai Pekat), ini mempelai wanita sudah harus dirias untuk memakai pakaian pengantin (pakaian adat), Untuk merias pengantin pertama kali ini tidak dilakukan di rumahnya melainkan harus dilakukan di rumah salah seorang kerabatnya yang di sebut dengan ‘Bakondai’.
Dalam acara bakondai ini harus menyiapkan persyaratan berupa kain penutup (kelimbung), beras, kelapa, gula kelapa serta pisang mas, perlengkapan ini nantinya akan diserahkan kepada ‘induk inang (perias pengantin). Setelah pengantin selesai dirias baru dibawa kerumahnya dan disambut oleh ibunya serta diasap dengan kemenyan.
Malam Napa, salah satu bagian dari acara perayaan perkawinan adalah Malam Napa. Pada malam ini sering juga disebut pengantin b3rc4mpur atau mulai bersanding setelah melakukan ijab kabul (Jika belum melakukan ijab kabul, dalam adat Lembak pengantin tidak boleh disandingkan).
Dalam Malam Napa biasanya kalau akan diadakan adang-adang gala maka pihak keluarga pengantin perempuan harus melakukan acara penjemputan pengantin lanang yang dipimpin oleh ketua adat yang diikuti oleh beberapa orang kerabat pengantin perempuan.
Pada acara penjemputan ini pihak pengantin perempuan membawa perelengkapan pakaian adat untuk pengantin lanang, pihak keluarga pengantin lanang juga sudah menyiapkan panganan/ kue-keu yang sudah dimasak beberapa hari dan disuguhi minuman teh/kopi yang sering dikenal dengan istilah Neron.
Pada saat itu biasanya juga disampaikan oleh penghulu adat kepada pihak penganting lanang untuk menyiapkan sejumlah uang untuk acara adang-adang gala tersebut. Uang yang diberikan pada saat adang-adang gala sering disebut dengan istilah kunci masuk.
Hari bercerita, ini merupakan hari puncak pelaksanaan pesta pernikahan tersebut. Pada saat tamu yang datang baik tamu dari jauh maupun dari dekat, mereka datang membawa buah tangan pada ahli rumah sebagai tanda ikut bersuka cita atas rahmat yang diterimanya. Buah tangan tersebut semenjak masyarakat telah mengenal uang sebagai alat tukar, diberikan dalam bentuk uang, dikenal dengan istileh Jambar real (Jamber real).
Pada hari bercerita ini inti acaranya berupa berzikir/membaca kitab berzanji yang diringi alat musik rebana, walimah dan jamuan dan pada akhir acara tersebut wakil para tamu menyerahkan jambar uang yang diperoleh kepada pihak tuan rumah dengan mengumumkan jumlah total penerimaan.
Upacara adat tradisi
Sedekah Rame; merupakan upacara yang diselenggarakan dalam rangka kegiatan pertanian, dari mulai menyiangi (nyawat) sawah, pembibitan (nguni), menanam sampai panen.
Demikian penjelasan lengkap mengenai nama macam-macam “Upacara Adat Istiadat dan Sistem Kepercayaan Bengkulu” semoga dapat bermanfaat, terima kasih untuk kunjungan ke blog BukanTrik. Silahkan baca juga artikel terkait lainnya
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan sopan