Nama Pakaian Adat Tradisional Suku Baduy Banten
-Pakaian Adat Banten-Postedby-BukanTrik-, Banten adalah sebuah provinsi di Tatar Pasundan, serta wilayah paling barat di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi ini pernah menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun menjadi wilayah pemekaran sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Dengan Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang.
a. Pakaian Pria Baduy Dalam
Pakaian adat pria suku Baduy Dalam disebut dengan nama Jamang Sangsang Digunakan dengan cara disangsangkan atau digantungkan di badan.
Bahan yang digunakan dari pintalan kapas asli yang diperoleh dari hutan. Dijahit menggunakan tangan , memiliki lubang di bagian lengan dan leher tanpa kerah, tidak dilengkapi dengan kancing atau saku.
Baju sangsang ini dipadukan dengan bawahannya berupa warna hitam atau biru tua yang dililit dipinggang. Dilengkapi ikat kepala dari kain putih yang berfungsi sebagai pembatas rambut
Baju ini berwarna putih, karena bagi suku Baduy Dalam warna putih memiliki makna bahwa mereka masih suci dan belum dipengaruhi budaya luar.
b. Pakaian Wanita Baduy Dalam
Memakai busana seperti sarung dengan warna biru kehitam-hitaman mulai dari tumit sampai dada. Model, potongan dan warnanya sama , kecuali bajunya. Pakaian seperti ini biasanya dikenakan untuk pakaian sehari-hari di rumah
a. Pakaian Pria Baduy Luar
Pakaian adat suku Baduy Luar mempunyai desain yang cenderung lebih dinamis. Menggunakan jahitan mesin, mempunyai kancing dan kantong, bahannya pun tidak terpaku harus berupa kapas murni.
Warna pakaian suku Baduy Luar adalah warna hitam, oleh karena itulah baju ini diberi nama baju kampret ( Baju pangsi ) adalah baju yang dikenakan sehari-hari oleh masyarakat Banten.
Baju ini dipadukan dengan celana komprang. Selain sebagai pakaian sehari-hari baju pangsi juga dipakai dalam latihan silat tradisional atau debus yang kerap digelar oleh masyarakat adat Banten.
Pangsi merupakan singkatan dari Pangeusi “Numpang ka Sisi" yakni pakaian penutup badan yang cara pemakaiannya dibelitkan dengan cara menumpang seperti memakai sarung. Pangsi terdiri dari tiga susunan yakni Nangtung, Tangtung, Samping Berdasarkan fungsinya, pangsi terdiri dari bagian atas (baju) disebut dengan "Salontreng" Bagian bawah (celana) disebut dengan "Pangsi. Yang setiap bagain memiliki nilai filosofi yangterkandung didalmnya diantaranya:
untuk pakaian kaum wanita, suku Baduy Dalam maupun Baduy Luar tidak terlalu mempunyai perbedaan yang mencolok. Corak Kain sarung atau kain wanita hampir sama coraknya, yaitu dasar hitam dengan garis-garis putih, sedangkan selendang berwana putih, biru, yang dipadukan dengan warna merah
Untuk pakaian bepergian, biasanya wanita suku Baduy Luar memakai kebaya, kain tenunan sarung berwarna biru kehitam-hitaman, karembong, kain ikat pinggang dan selendang
Selain baju keseharian ada juga baju atau pakaian kebesaran yang digunakan pada acara-acara formal dan acara upacara adat setempat seperti pernikanan berikut penjelasannya
a. Pakaian pengantin laki-laki
Mengenakan penutup kepala, baju koko dengan kerah sebagai atasan. Kain samping atau batik khas Banten sebagai bawahan, sabuk dari kain batik dengan motif sama. Sebilah parang, golok, atau keris Selop sebagai alas kakinya.
b. Pakaian pengantin wanita
Mengenakan hiasan di kepala berupa kembang goyang berwarna keemasan Rangkaian bunga melati diselipkan di sanggulnya Baju kebaya sebagai atasan, selendang diselempangkan ke bahu Kain samping atau batik sebagai bawahan
-Pakaian Adat Banten-Postedby-BukanTrik-, Banten adalah sebuah provinsi di Tatar Pasundan, serta wilayah paling barat di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi ini pernah menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun menjadi wilayah pemekaran sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Dengan Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang.
Masyarakat banten termasuk kedalam etnis sunda yang lebih dikenal dengan suku baduy. Walaupun sebenarnya mereka senang di sebut dengan Urang sunda Kanekes, masyarakat suku baduy kanekes terbagi kedalam 2 kelompok yaitu suku baduy luar dan suku baduy dalam
Yang mana baduy dalam termasuk salah satu kelompok masyarakat yang masih memegang tradisi adat yang sangat kuat dan tidak terpengaruh oleh budaya luar sedangkan suku baduy luar masih terbuka menerima pengaruh budaya luar.
Walaupun budaya baduy dalam terkesan sederhana, tertutup dan terasaing dari budaya luar tetapi sebenarnya mereka memiliki prinsip yang mulia yang patut di hormati karena keteguhan mereka dalam memegang teguh prinsip adat istiadat yang sangat kental
Begitupun dengan Cara berpakaian masyarakat baduy kanekes, mereka tidak mengenal mode atau model pakaian karena itu bukanlah prioritas utama yang mereka tampilkan, tetapi pakaian mereka cukup sederhana dengan dua warna yang khas yakni warna putih dan hitam/gelap.
Ada satu ciri yang membedakan antara pakaian orang Kanekes dalam dan Kanekes Luar, khususnya pada laki-laki yaitu warna baju dan iket kepala (slayer) selalu berwarna putih, sedangkan pada masyarakat Kanekes Luar ikat kepala bermotif batik dengan warna dasar biru dan baju warna hitam,
untuk bawahannya ( Celana ) orang Kanekes Dalam selalu mengenakan bahan warna gelap dan cukup diikat dengan selembar kain pengikat berwarna putih yang dijadikan sebagai penguat selembar bahan ( Celana tanpa dijahit) yang melingkar dari pinggang hingga paha, pada kain yang melingkar tersebut selalu terselip sebilah golok khas masyarakat Kanekes.
Sementara orang Kanekes Luar untuk bawahan sudah ada yang mengenakan model celana agak lebar dan berwarna hitam serta kain pengikat pada pinggang untuk menyelipkan sebilah golok. Sementara untuk kaum wanitanya tidak terlalu berbeda yakni kain, baju warna hitam tutup kepala,
perbedaannya adalah pakaian wanita atau pria yang dipergunakan oleh masyarakat Kanekes Dalam tidak dijahit dengan mesin jahit, melainkan dikaput ( dijahit ) dengan tangan saja, sementara untuk masyarakat Kanekes Luar pakaian yang mereka kenakan sudah dijahit dengan mesin jahit, bahkan membeli pakain yang sudah jadi.
Dan yang tak pernah ketinggalan adalah kain berbentuk bujur sangkar berwarna putih yang berfungsi sebagai tas untuk menyimpan bekal selama perjalanan atau tas jarog yang terbuat dari kulit kayu teureup yang telah dianyam membentuk tas
Berikut perbedaan dan penjelasan dari pakaian adat masyarakat baduy dalam dan baduy luar yang digunakan oleh kaum laki-laki dan kaum perempuan diantareanya sebagai berikut
1. Pakaian Adat Baduy Dalam
a. Pakaian Pria Baduy Dalam
Pakaian adat pria suku Baduy Dalam disebut dengan nama Jamang Sangsang Digunakan dengan cara disangsangkan atau digantungkan di badan.
Bahan yang digunakan dari pintalan kapas asli yang diperoleh dari hutan. Dijahit menggunakan tangan , memiliki lubang di bagian lengan dan leher tanpa kerah, tidak dilengkapi dengan kancing atau saku.
Baju sangsang ini dipadukan dengan bawahannya berupa warna hitam atau biru tua yang dililit dipinggang. Dilengkapi ikat kepala dari kain putih yang berfungsi sebagai pembatas rambut
Baju ini berwarna putih, karena bagi suku Baduy Dalam warna putih memiliki makna bahwa mereka masih suci dan belum dipengaruhi budaya luar.
b. Pakaian Wanita Baduy Dalam
Memakai busana seperti sarung dengan warna biru kehitam-hitaman mulai dari tumit sampai dada. Model, potongan dan warnanya sama , kecuali bajunya. Pakaian seperti ini biasanya dikenakan untuk pakaian sehari-hari di rumah
2. Pakaian Adat Baduy Luar
a. Pakaian Pria Baduy Luar
Pakaian adat suku Baduy Luar mempunyai desain yang cenderung lebih dinamis. Menggunakan jahitan mesin, mempunyai kancing dan kantong, bahannya pun tidak terpaku harus berupa kapas murni.
Warna pakaian suku Baduy Luar adalah warna hitam, oleh karena itulah baju ini diberi nama baju kampret ( Baju pangsi ) adalah baju yang dikenakan sehari-hari oleh masyarakat Banten.
Baju ini dipadukan dengan celana komprang. Selain sebagai pakaian sehari-hari baju pangsi juga dipakai dalam latihan silat tradisional atau debus yang kerap digelar oleh masyarakat adat Banten.
Pangsi merupakan singkatan dari Pangeusi “Numpang ka Sisi" yakni pakaian penutup badan yang cara pemakaiannya dibelitkan dengan cara menumpang seperti memakai sarung. Pangsi terdiri dari tiga susunan yakni Nangtung, Tangtung, Samping Berdasarkan fungsinya, pangsi terdiri dari bagian atas (baju) disebut dengan "Salontreng" Bagian bawah (celana) disebut dengan "Pangsi. Yang setiap bagain memiliki nilai filosofi yangterkandung didalmnya diantaranya:
- Di bagian salontreng dibuat tanpa kerah baju dan terdiri dari lima atau enam kancing .Dalam agama Islam, lima kancing menunjukkan rukun Islam sedangkan enam kancing menunjukkan rukun iman
- Jahitan yang menghubungkan badan dan tangan disebut dengan istilah beungkeut yang mengandung arti "Ulah suka-siku ka batur, kudu sabeungkeutan, sauyunan, silih asah, silih asih, silih asuh, kadituna silih wangi, asal kata dari nama kerajaan Sunda Siliwangi".
Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan "Tidak boleh jahil dan licik kepada sesama, harus satu kesatuan dan kebersamaan dalam ikatan batin, saling memberi nasihat, saling mengasihi, dan saling menyayangi, selanjutnya saling mengharumkan nama baik". - Di ujung tangan , di ujung celana terdapat jahitan beungket khusus dan di bagain baju terdapat dua saku .
- Di bagian bawah (pangsi) dipasang karet dan tali yang berfungsi sebagai pengikat. Dulu tidak seperti ini (tanpa tali dan karet) karena pemakaiannya dilakukan dengan cara dibelitkan seperti sarung.
- Di bagian samping dipasang jahitan pengikat .Samping yang dulu berwarna hitam, kini dimodifikasi menjadi warna hitam karena disesuaikan dengan model dan mode pakaian modern. Samping mengandung arti "Depe Depe Handap Asor", dalam bahasa Indonesia artinya "Selalu rendah hati dan tidak sombong".
- Di bagian bawah (pangsi) terdapat Tangsung yang mengandung makna "Tangtungan Ki Sunda Nyuwu Kana Suja", dalam bahasa Indonesia artinya "Mempunyai pendirian yang teguh dan kuat sesuai dengan aturan hidup".
- Sedangkan Suja atau Nangtung mengandung makna "Nangtung, Jejeg, Ajeg dina Galur. Teu Unggut Kalinduan, Teu Gedag Kaanginan", dalam bahasa Indonesia artinya Teguh dan kuat pendirian dalam aturan dan keyakinan, semangat tinggi dan tidak mudah goyah
untuk pakaian kaum wanita, suku Baduy Dalam maupun Baduy Luar tidak terlalu mempunyai perbedaan yang mencolok. Corak Kain sarung atau kain wanita hampir sama coraknya, yaitu dasar hitam dengan garis-garis putih, sedangkan selendang berwana putih, biru, yang dipadukan dengan warna merah
Untuk pakaian bepergian, biasanya wanita suku Baduy Luar memakai kebaya, kain tenunan sarung berwarna biru kehitam-hitaman, karembong, kain ikat pinggang dan selendang
3. pakaian adat khusus
Selain baju keseharian ada juga baju atau pakaian kebesaran yang digunakan pada acara-acara formal dan acara upacara adat setempat seperti pernikanan berikut penjelasannya
a. Pakaian pengantin laki-laki
Mengenakan penutup kepala, baju koko dengan kerah sebagai atasan. Kain samping atau batik khas Banten sebagai bawahan, sabuk dari kain batik dengan motif sama. Sebilah parang, golok, atau keris Selop sebagai alas kakinya.
b. Pakaian pengantin wanita
Mengenakan hiasan di kepala berupa kembang goyang berwarna keemasan Rangkaian bunga melati diselipkan di sanggulnya Baju kebaya sebagai atasan, selendang diselempangkan ke bahu Kain samping atau batik sebagai bawahan
Demikian penjelasan lengkap mengenai macam-macam jenis “Nama Pakaian Adat Tradisional Banten” semoga dapat bermanfaat, terima kasih untuk kunjungan ke blog BukanTrik. Silahkan baca juga artikel terkait lainnya
Posting Komentar
silahkan berkomentar dengan sopan