0 Comment
Upacara adat dan sistem kepercayaan suku bali

Upacara-Adat-Istiadat-Dan-Kepercayaan-Suku-Bali

-Upacara Adat Bali-Postedby-BukanTrik-, Orang bali pada umumnya menganut agama hindu- bali walaupun demikian ada juga yang menganut agama islam, kristen prostestan,katolik atau budha, penganut agama islam terdapat didaerah pinggiran pantai , daerah pedalaman dan beberapa kota seperti karang asem, klungkung, dan denpasar, sedangkan penganut agama kristen prostestan dan katolik terdapat didaerah denpasar, jembrana dan singaraja

Agama hindu banyak mengandung unsur lokal yang telah terjalin ke dalamnya sejak dahulu kala di berbagai daerah dibali. Terdepat berbagai variasi lokal dari agama hindu –bali. Namun variasi tersebut mulai berkurang dengan adanya proses moedernisasi dan pengaturan oleh jawatan agama bagian hindu serta majelis agama yang disebut parisada hindu dharma.

Orang bali yang beragama hindu percaya akan adanya satu tuhan dengan konsep trimurti yang esa yang terlihat dalam 3 wujud yaitu
  • Wujud brahma yang menciptakan
  • Wujud wisnu yang melindungi serta memelihara
  • Wujud siwa yang melebur/ merusak segala yangada.
Selain hal-hal diatas konsepsi lain yang juga merka anggap penting yaitu:
  • Atman mengenai roh abadi
  • Karmapala adanya buah dari setiap perbuatan
  • Purnabawa kelahiran kembali dari jiwa
  • Moksa kebebasan jiwa dari lingkaran kelahiran kembali
Semua ajaran tersebut termaktub dalam kitab suci yang bernama weda dan dalam buku dari daun lontar yang berisi tuntutnan mengenai pelkasanaan agama, pelbagai kumpulan mantra, pelbagai undang-undang, prosa dan puisi yang diambil dari epos hindu mahabrata dan ramayana dan pelbagai msitik.. semua ditulis dalam hurup bali dengan bahasa jawa kuno dan sansekerta

Tempat melakukan ibadah disebut pura, pura merupakan kompleks bangunan suci, pura memiliki sifat yang berbeda-beda seperti
  • Pura besakih sifatnya umum untuk semua golongan
  • Pura desa (kayangan tiga) khusus untuk kelompok sosial setempat organisasi-organisasi dan kumpulan-kumpulan
  • Sanggah khusus untuk leluhur (keluarga kecil dan kelurga luas)
Dibali ada beribu-ribu pura dan sanggah masing-masing pura dan sanggah ini memiliki hari-hari perayaan dengan tanggal tanggal sendiri sendiri berikut adalah macam-macam tanggala dibali:

1.Tanggalan hindu bali

Terdiri dari 12 bulan yang lamanya 355 hari tetapi kadang-kadang 354 atau 356 hari, perhitungan ini didasarkan pada kedua bagian bulan mengecil yang disebut panglong, sistem perhitungan syuklapaksa (paroh terang) dan kresnapaksa (parohgelap) tiap-tiap bulan penuh (purnama) dan bulan mati ( tilem) diadakan upacara kecil ditiap-tiap keluarga orang bali. Kalau upacara tadi jatuh bersamaan dengan perayaan kuli atau hari raya tertentu, maka diadakan upacara yang agak besar. Sistem kalender hindu bali yang berdasarkan atas purnama tilem ini , dipakai pada perayaaan pura-pura di pelbagai daerah dibali

Di seluruh bali dirayakan tahun baru saka (nyepi) yang jatuh pada tanggal satu bulan kesepuluh (kedasa) , sehari sebelum tahun lama berakhir pada bulam mata kesembilan (tilem kesanga) diadakan upacara korban (pecaruan yang bersifat buta yadnya)

Pada hari tahun baru orang pantang melakukan segala kegiatan (nyepi) dan malamnya pantang menyalakan api, hari berikutnya hari tahun baru kedua disbeut ngebak geni. Pada hari itu orang boleh menyalakan api tetapi pantang bekerja

2. Tanggalan jawa bali

Terdiri atas 30 wuku. Tiap wuku 7 hari lamanya sehingga jumlah seluruhnya 210 hari. Jenis kalender ini digunakan didaerah tanah datar yang lebih banyak mendapat pengaruh majapahit dibanding- daerahdaerah lainnya.

Perayaan umum terpenting berdsarakan perhitungan penanggala jawa bali adalah hari galungan dan kuningan yang jatuh pada hari rabu dan sabtu dari wuku galungan dan wuku kuningan. Disamping perayaan diatas berdasarkan sistem tanggalan ini masih banyak upacara yang bersifat lebih kecil

Secara keseluruhan dibali terdapat 5 macam upacara (panca yadnya) berdasarkan atas salah satu dari kedua sistem tanggala tadi. Panca yadnya ini meliputi:
  • Manusia yadnya yang terutama meliputi upacara-upacara siklus hidup dari masa kanak-kanak sampai dewasa
  • Pitra yadnya yang terutama berkenaan dengan upacara-upacara pada kuil-kuil umum dan keluarga
  • Resi yadnya yang merupakan upacara-upacara berkenaan dengan pentahbisan pendeta (medikasa)
  • Buta yadnya yang merupakan upacara-upacara yang ditunjukan kepada kala dan buta yaitu roh-roh yang dapat mengganggu
Pada umumnya prosesi upacara ibadat dan keagamaan, terutama yang besar-besar, dipandu oleh seseorang pemimpin agama petugas upacara ini adalah orang-orang yang telah dilantik menjadi pendeta yang disebut sulinggih

Sulingggih ini juga disebut dengan istilah khusus sesuai dengan klen dan kastanya. Misalnya istilah pedanda untuk pendeta berkasta brahmana istilah resi pendeta yang berkasta satria.

Tiap orang bali dapat meminta pertolongan pelaku agama tersebut untuk keperluan upacara tertentu bagi dirinya atau keluarganya dirumah. Orang yang meminta pertolongan ini biasanya akan mendapat air suci (tirta) dari pendeta bersangkutan

Pemangku adalah pejabat yang memelihara kuil-kuil tempat pemujaan umum seperti kuil desa , kuil banjar, kuil subak. Untuk dapat menjadi pemangku orang harus dikukuhkan melalui upacara tertentu pemangku ini dapat juga diminanti pertolongan untuk melaksanakan upacara-upacara keagamaan.Ritual tradisi adat istiadat masyarakat Bali

orang Bali merupakan masyarkat yang memiliki karakter ramah tamah, dengan pola kehidupan yang bhineka atau plurarisme dan tidak terlalu banyak aturan ataupun fanatik terhadap suatu paham, memiliki adat istiadat yang selalu mereka pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka bisa hidup dengan damai.

Ada Beberapa ritual tradisi adat istiadat bali yang biasa dilakukan diantara nya;

Prosesi Mesaiban

Mesaiban merupakan sebuah ritual kecil, yang dilakukan setiap pagi hari sehabis ibu-ibu selesai memasak di dapur, kebiasaan ritual ini sebelum makan, kebiasaan ini bisa sebagai wujud terima kasih atas apa yang telah dikaruniakan-Nya, dan juga sebagai sajian ke bhuta kala agar somya (tidak menggangu)

Prosesi ngejot

Ngejot merupakan kebiasaan masyarakat bali untuk memberi dan diberi (berupa makanan). Bertujuan untuk menguatkan ikatan sosial di masyarakat, baik saudara maupun tetangga. Dilakukan saat salah satu keluarga ataupun masyarakat ada kegiatan upacara agama, kebiasaan ini juga dilakukan antara penduduk Bali Hindu dan non Hindu.

Prosesi kasta

Kasta merupakan penggolongan masyarakat Bali yang berdasarkan ras ataupun keturununan, digolongkan dari posisi yang paling atas; Brahmana, ksatria, Weisya dan Sudra. Yang mendominasi adalah Sudra (masyarakat biasa). Kelompok Sudra (mendominasi hampir 90%), di dalam berkomunikasi dengan Brahmana, Ksatria dan Weisya, menggunakan tata bahasa Bali yang lebih halus. Begitu sebaliknya mereka akan menaggapi dengan halus pula.

Kata “Bli”di Bali kata ini cukup populer, kata yang digunakan memanggil orang lain yang lebih tua dari kita atau paling tidak seumur (bisa diartikan “Mas”) dengan tujuan penuh keakraban antar sesama. Namun jika anda menggunakan kata ini perhatikan Kasta mereka apakah dari kasta yang lebih tinggi, seperti namanya ada embel-embel seperti; Ida, I Gusti, Ida Bagus, Cokorde dan Anak Agung. Walaupun mereka tidak tersinggung dengan Kata ‘Bli” yang kita sebutkan tapi itikad kita menghargai orang lain, alangkah baiknya tidak menggunakan sebutan tersebut.

Kebiasaan sopan pada sesama apalagi kepada orang yang lebih tua, dan pada kasta yang lebih tinggi. Menyangkut etika, sangat tidak sopan menunjukkan sesuatu dengan tangan kiri, lawan bicara bisa jadi tersinggung, apalagi menunjuk dengan kaki, lawan bicara bisa jadi emosi. Kalau toh hal itu harus dilakukan, bilang maaf terlebih dahulu, atau orang bali biasa bilang kata “tabik”.

Prosesi Karma Phala

masyarakat hindu di Bali sangat meyakini sekali hukum karma phala ini yang. Karma Phala ini berarti kebaikan yang kita lakukan kebaikan pula yang akan kita dapatkan, begitu sebaliknya. Sehingga orang-orang untuk melakukan tindakan yang tidak baik harus berpikir tentang pahala yang akan mereka peroleh nantinya, diyakini pahalanya bisa dinikmati/ berimbas di kehidupan sekarang, di akhirat dan kehidupan berikutnya bahkan bisa sampai ke anak-cucu. Begitu besarnya hukum sebab akibat ini, sehingga di harapkan semua masyarakat bisa berbuat kebaikan.

Upacara Bukakak

Upacara Bukakak ialah upacara dalam rangka melakukan permohonan kepada Sanghyang Widhi Wasa untuk memberikan kesuburan kepada tanah-tanah pertanian mereka supaya hasil panennya berlimpah ruah. Kebiasaan dalam gelaran upacara unik ini dilakukan di desa adat dan tidak dilakukan di daerah-daerah lainnya di Bali.

Masyarakat desa adat yang melaksanakan upacara ini adalah masyarakat agraris yang masih dengan setia memegang teguh adat istiadat dan kepercayaaan secara turun temurun yang diwariskan leluhur mereka, dan Salah satu warisan yang selalu dijaga, dipelihara dan dilakukan oleh masyarakat desa tersebut adalah ritual Upacara Bukakak.

Upacara Bukakak sudah dilakukan sejak zaman dahulu dan masih terperihara hinggga sekarang, pada mulanya upacara ini dilakukan 1 tahun sekali, namun karena terkendala faktor biaya yang tidak sedikit, akhirnya upacara ini dilakukan setiap 2 tahun sekali.

Upacara adat istiadat kematian


Prosesi ritual Ngaben

Upacara Ngaben atau sering pula disebut upacara Pelebon kepada orang yang meninggal dunia, dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan pengabenan itu keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan duniawinya menuju sorga, atau menjelma kembali ke dunia melalui reinkarnasi atau kelahiran kembali. Status kelahiran kembali roh orang yang meninggal dunia berhubungan erat dengan karma dan perbuatan serta tingkah laku selama hidup sebelumnya.

Upacara ini biasanya dilakukan di hari-hari baik. Hari baik biasanya diberikan oleh para pendeta setelah melalui konsultasi dan kalender Bali yang ada. Persiapan biasanya diambil jauh-jauh sebelum hari baik ditetapkan. Pada saat inilah keluarga mempersiapkan “bade dan lembu” terbuat dari bambu, kayu, kertas yang beraneka warna-warni sesuai dengan golongan atau kedudukan sosial ekonomi keluarga bersangkutan.

Pagi hari sebelum upacara Ngaben dimulai, segenap keluarga dan handai taulan datang untuk melakukan penghormatan terakhir dan biasanya disajikan sekedar makan dan minum. Pada tengah hari, jasad dibersihkan dan dibawa ke luar rumah diletakkan di Bade atau lembu yang disiapkan oleh para warga Banjar, lalu diusung beramai-ramai, semarak, disertai suara gaduh gambelan dan “kidung” menuju ke tempat upacara. Bade diarak dan berputar-putar dengan maksud agar roh orang yang meningal itu menjadi bingung dan tidak dapat kembali ke keluarga yang bisa menyebabkan gangguan, dll.

Sesampainya di tempat upacara, jasad ditaruh di punggung lembu, pendeta mengujar mantra – mantra secukupnya, kemudian menyalakan api perdana pada jasad. Setelah semuanya menjadi abu, upacara berikutnya dilakukan yakni membuang abu tersebut ke sungai atau laut terdekat lalu dibuang, dikembalikan ke air dan angin. Ini merupakan rangkaian upacara akhir atas badan kasar orang yang meninggal, kemudian keluarga dapat dengan tenang hati menghormati arwah tersebut di pura keluarga, setelah sekian lama, arwah tersebut diyakini akan kembali lagi ke dunia.

Karena upacara ini memerlukan tenaga, biaya dan waktu yang panjang dan lumayan besar, hal ini sering dilakukan cukup lama setelah kematian.Untuk menanggung beban biaya, tenaga dan lain-lainnya, kini masyarakat sering melakukan pengabenan secara massal / bersama. Jasad orang yang meninggal sering dikebumikan terlebih dahulu sebelum biaya mencukupi, namun bagi beberapa keluarga yang mampu upacara ngaben dapat dilakukan secepatnya dengan menyimpan jasad orang yang telah meninggal di rumah, sambil menunggu waktu yang baik. Selama masa penyimpanan di rumah itu, roh orang yang meninggal menjadi tidak tenang dan selalu ingin kebebasan

Upacara Adat pernikahan


Pernikahan adat bali sangat diwarnai dengan pengagungan kepada Tuhan sang pencipta, semua tahapan pernikahan dilakukan di rumah mempelai pria, karena masyarakat Bali memberlakukan sistem patriarki, sehingga dalam pelaksanan upacara perkawinan semua biaya yang dikeluarkan untuk hajatan tersebut menjadi tanggung jawab pihak keluarga laki – laki. hal ini berbeda dengan adat pernikahan jawa yang semua proses pernikahannya dilakukan di rumah mempelai wanita. Pengantin wanita akan diantarkan kembali pulang ke rumahnya untuk meminta izin kepada orang tua agar bisa tinggal bersama suami beberapa hari setelah upacara pernikahan.

Upacara Adat Ngekeb

Acara ini bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita dari kehidupan remaja menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga memohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini serta nantinya mereka diberikan anugerah berupa keturunan yang baik.

Setelah itu pada sore harinya, seluruh tubuh calon pengantin wanita diberi luluran yang terbuat dari daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah dihaluskan. Dipekarangan rumah juga disediakan wadah berisi air bunga untuk keperluan mandi calon pengantin. Selain itu air merang pun tersedia untuk keramas.

Sesudah acara mandi dan keramas selesai, pernikahan adat bali akan dilanjutkan dengan upacara di dalam kamar pengantin. Sebelumnya dalam kamar itu telah disediakan sesajen. Setelah masuk dalam kamar biasanya calon pengantin wanita tidak diperbolehkan lagi keluar dari kamar sampai calon suaminya datang menjemput.

Pada saat acara penjemputan dilakukan, pengantin wanita seluruh tubuhnya mulai dari ujung kaki sampai kepalanya akan ditutupi dengan selembar kain kuning tipis. Hal ini sebagai perlambang bahwa pengantin wanita telah bersedia mengubur masa lalunya sebagai remaja dan kini telah siap menjalani kehidupan baru bersama pasangan hidupnya.

Upacara adat Mungkah Lawang ( Buka Pintu )

Seorang utusan Mungkah Lawang bertugas mengetuk pintu kamar tempat pengantin wanita berada sebanyak tiga kali sambil diiringi oleh seorang Malat yang menyanyikan tembang Bali. Isi tembang tersebut adalah pesan yang mengatakan jika pengantin pria telah datang menjemput pengantin wanita dan memohon agar segera dibukakan pintu.

Upacara adat Mesegeh agung

Sesampainya kedua pengantin di pekarangan rumah pengantin pria, keduanya turun dari tandu untuk bersiap melakukan upacara Mesegehagung yang tak lain bermakna sebagai ungkapan selamat datang kepada pengantin wanita. kemudian keduanya ditandu lagi menuju kamar pengantin. Ibu dari pengantin pria akan memasuki kamar tersebut dan mengatakan kepada pengantin wanita bahwa kain kuning yang menutupi tubuhnya akan segera dibuka untuk ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang ditusuk dengan tali benang Bali dan biasanya berjumlah dua ratus kepeng

Upacara Madengen–dengen

Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri atau mensucikan kedua pengantin dari energi negatif dalam diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat atau Balian

Upacara adat Mewidhi Widana

Dengan memakai baju kebesaran pengantin, mereka melaksanakan upacara Mewidhi Widana yang dipimpin oleh seorang Sulingguh atau Ida Peranda. Acara ini merupakan penyempurnaan pernikahan adat bali untuk meningkatkan pembersihan diri pengantin yang telah dilakukan pada acara – acara sebelumnya. Selanjutnya, keduanya menuju merajan yaitu tempat pemujaan untuk berdoa mohon izin dan restu Yang Kuasa. Acara ini dipimpin oleh seorang pemangku merajan

Upacara adat Mejauman Ngabe Tipat Bantal

Beberapa hari setelah pengantin resmi menjadi pasangan suami istri, maka pada hari yang telah disepakati kedua belah keluarga akan ikut mengantarkan kedua pengantin pulang ke rumah orang tua pengantin wanita untuk melakukan upacara Mejamuan. Acara ini dilakukan untuk memohon pamit kepada kedua orang tua serta sanak keluarga pengantin wanita, terutama kepada para leluhur,

bahwa mulai saat itu pengantin wanita telah sah menjadi bagian dalam keluarga besar suaminya. Untuk upacara pamitan ini keluarga pengantin pria akan membawa sejumlah barang bawaan yang berisi berbagai panganan kue khas Bali seperti kue bantal, apem, alem, cerorot, kuskus, nagasari, kekupa, beras, gula, kopi, teh, sirih pinang, bermacam buah–buahan serta lauk pauk khas bali.

Demikian penjelasan lengkap mengenai macam-macam “Upacara Adat Istiadat Dan Kepercayaan Suku Bali” semoga dapat bermanfaat, terima kasih untuk kunjungan ke blog BukanTrik. Silahkan baca juga artikel terkait lainnya

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan sopan

 
Top