0 Comment
Upacara adat dan kepercayaan suku bima nusa tenggara barat

Upacara-Adat-istiadat-Provinsi-Nusa-Tenggara-Barat

-Upacara Adat NTB-Postedby-BukanTrik-, Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai dengan namanya, provinsi ini meliputi bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Mataram yang berada di Pulau Lombok.

Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak, sementara suku Bima dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%). dan termasuk penganut agama yang taat itu dapat dilihat dari segala bentuk prosesi kehidupan yang ada di pulau ntb

Dalam bahasa Mbojo, upacara adat disebut “Rawi Rasa” Rawi Rasa berarti semua kegiatan yang dilakukan secara gotong-royong oleh seluruh masyarakat. Rawi rasa terdiri dan dua jenis kegiatan, yaitu rawi mori dan rawi made. Yang dimaksud dengan rawi mori ialah kegiatan yang berhubungan dengan upacara kehamilan, kelahiran, khitanan dan pernikahan. Sedang rawi made ialah upacara yang berhubungan dengan kematian. Khusus bagi rawi made dilakukan berdasarkan hukum Islam. Sehingga tidak ada upacara adat yang dilakukan pada rawi made.

Upacara adat rawi mori. Mulai dari upacara kehamilan sampai upacara pernikahan.

Upacara nggana ro nggoa (Upacara kehamilan dan kelahiran Masyarakat Bima) Yang dimaksud dengan upacara nggana ro nggoa ialah rangkaian upacara adat yang dimulai dan upacara “Salama Loko” sampai dengan upacara ”dore ro boru”.

1. Upacara Salama Loko.


Upacara Salama Loko disebut juga dengan Kiri Loko dilakukan ketika kandungan seorang ibu berumur tujuh bulan. Upacara ini hanya dilakukan bagi seorang ibu yang pertama kali mengandung. Jalannya upacara dihadiri oleh kaum ibu dan dipimpin oleh sando nggana (dukun beranak) yang dibantu oleh enam orang tua adat wanita.

Upacara akan dimulai pada saat maci oi ndeu (waktu yang tepat untuk mandi) di sekitar jam 07.00. Sando nggana menggelar tujuh lapis sarung. Setiap lapis ditaburi beras kuning dan uang perak sa ece (satu ketip = 10 sen). Selain itu disimpan pula dua liku atau dua leo mama (dua bungkus bahan untuk menyirih).

Prosesi ritual ini memiliki makna yaitu agar ibu beserta calon bayinya akan hidup bahagia dan jaya. Uang sa ece, sebagai peringatan kepada ibu bersama calon bayi, bahwa uang merupakan salah satu modal dalam kehidupan.

Diatas hamparan tembe dan kain putih, ibu yang salama loko, tidur terlentang. Sando nggana mengoles perut ibu dengan sebiji telur, yang diminyaki dengan minyak kelapa. Diikuti secara bergilir oleh enam orang tua adat, memohon kepada Allah SWT, agar ibu bersama calon bayi selamat sejahtera.

Pada upacara ini keluarga dan tetangga baik pria maupun wanita diundang hadir untuk menyaksikan. Disaat dukun memperbaiki dan meraba-raba perut ibu hamil tersebut, saat itu pula para tamu laki-laki mengadakan do`a zikir. Ibu-ibu juga hadir untuk menyaksikan upacara salama loko /kiri loko, mereka umumnya membawa barang-barang kado/hadiah/sumbangan untuk sang ibu hamil.

Kado/ hadiah/ sumbangan ini biasanya perlengkapan kebutuhan ibu dan bayi seperti baju bayi, handuk, bedak dan kadang-kadang uang tunai.

Upacara dilanjutkan dengan memandikan ibu yang salama loko. Dimandikan oleh sando nggana dengan air roa bou (air yang disimpan dalam periuk tanah yang baru). Dicampur dengan bunga cempaka dan mundu (cempaka kuning lambang kejayaan. Melati putih lambang kesucian).

Waktu mandi, ibu yang salama loko menginjak telur bekas yang dipakai mengoles perutnya. Dengan harapan, agar melahirkan dengan mudah semudah ibu memecahkan telur. Upacara diakhiri dengan ngaha mangonco (makan rujak). Sang suami ikut pula makan mangonco bersama peserta upacara.

Dalam hal tata tertib dan tata krama masyarakat Bima memiliki aturan yang diyakini dapat membawa kebaikan bagi seorang istri sedang hamil maka kedua pasangan suami istri tidak di bolehkan melanggar larangan yang akan berakibat bagi mereka , ada beberapa larangan yang ga boleh dilakukan saat istrinya hamil yaitu
  • Tidak boleh berkata yang tidak s3n0noh
  • Tidak boleh meng4niay4 binatang atau manusia
  • tidak boleh meny3mbelih binatang ternak
  • tidak boleh b3rhubung4n su4mi istr1 bila mendengar berita ada tetanga atau orang lain yang meninggal
  • tidak boleh membuang 4ir b3s4r di sembarang tempat
  • tidak boleh memotong sesuatu seperti kayu atau mengunting kertas. Jika terpaksa, ia harus ingat bahwa istrinya sedang hamil
  • suami tidak diperbolehkan berburu atau melakukan pekerjaan yang kurang baik seperti mengambil milik orang lain tanpa seijin orang yang punya dan sebagainya serta
  • khusus istri tidak boleh tidur disaat matahari menjelang naik

2. Upacara Cafi Sari


Upacara cafi sari merupakan upacara yang dilakukan setelah bayi berumur tujuh hari. cafi sari dalam bahasa Indonesia berarti upacara menyapu lantai. Maksud dari upacana ini, ialah menyampaikan puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya karena sang ibu bersama bayi sudah lahir dengan selamat. Menurut kepercayaan tradisional pada usia tujuh hari, bayi akan memasuki kehidupan dunia, dan meninggalkan kehidupan dalam kandungan.

Sebagai tanda terima kasih kepada sando nggana, sang ibu memberi “soji”atau sesajen yang terdiri dan kue tradisional mbojo. Seperti pangaha kahuntu,karuncu, pangaha bunga, pangaha sinci, ka dodo, arunggina dan kalempe. Penyerahan soji merupakan lambang harapan orang tua, agar bayinya kelak akan hidup bahagia sejahtera.

Bagi keluarga yang mampu, upacara cafi sari dilaksanakan bersamaan dengan upacara qeqa atau aqiqah. Yaitu upacara yang sesuai dengan ajaran Islam. Yang menganjurkan orang tua untuk meny3mb3lih seekor kambing yang sehat. Sebagai tanda syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

3. Upacara Dore ro Boru


Upacara ini dilakukan setelah bayi berusia tiga bulan. Upacara dore ro boru dilakukan secara bertahap sebagai berikut:

a. Upacara boru (upacara Potong rambut bayi)

Upacara boru diawali dengan upacara doa. Memohon kepada Allah SWT. agar bayi tetap sehat walafiat. Dan apabila dewasa, akan menjadi seorang yang beriman dan gagah perkasa. Pelindung dan pembela keluarga serta dou labo dana . Setelah upacara doa, maka dilanjutkan dengan upacara boru. Bayi digendong oleh sando nggana.

Tujuh orang tua adat laki-laki, secara bergilir memotong ujung rambut bayi. Potongan rambut disimpan dipingga bura (piring putih) yang berisi air dingin. Dengan harapan agar rambut bayl tumbuh subur, sebagai lambang kesuburan dan kebahagiaan hidup. Pemotongan rambut diiringi dengan jiki asraka (zikir asrakal). Para peserta berzikir dengan suara merdu. Melagukan syair puja puji kepada Allah, Rasul dan para sahabat.

b. Upacara adat Dore.

upacara adat dore merupakan prosesi adat istiadat atau upacara adat menyentuhkan telapak kaki bayi pada tanah. Dimana Beberapa gumpal tanah diambil dihalaman masjid lalu disimpan diatas pingga bura. Tanah itulah yang akan diinjak oleh bayi.

Acara dore, memiliki maksud dan tujuan untuk mengingatkan bayi, bahwa kelak dia akan hidup di bumi yang bersih dan subur. Bayi harus mampu memanfaatkan kekayaan bumi untuk kebahagiaan keluarga dan masyarakat. Sebab itu bayi harus menjaga keselamatan bumi atau negeri.

Bayi yang di dore ro boru, harus memakai pakaian adat upacara. Hampir sama dengan pakaian khitanan. Kalau bayi itu laki-laki, maka harus memakai kondo loi, tembe monca (sarung kuning lambang kejayaan), kawari, songko panggeta’a yang dihiasi jungge dondo.

Kalau bayi itu perempuan,maka harus memakai kondo lo’i, geno atau kondo randa (kalung panjang), kawari dan bosa yaitu ponto kecil. (Bosa = gelang yang lebih kecil dan ponto).Pada jaman dulu, bagi keluarga bangsawan atau keluarga yang mampu secara finansial pada prosesi dore ini biasa diiringi oleh alunan genda silu dan dipertontonkan atraksi mpa’a Toja.

Bersamaan dengan upacara dore ro boru diadakan pula upacara pemberian nama bagi bayi yang dilakukan oleh seorang ulama. Nama bayi harus mengikuti nama para Rasul dan Nabi atau nama para sahabat nabi. Dengan harapan agar mengikuti jejak para Nabi dan Rasul serta sahabat. Bagi bayi putri mengikuti nama istri Rasul dan Nabi atau nama istri-istri pejuang Islam.

Demikian penjelasan lengkap mengenai macam-macam “Upacara Adat istiadat dan kepercayaan suku bima Nusa Tenggara Barat” semoga dapat bermanfaat, terima kasih untuk kunjungan ke blog BukanTrik. Silahkan baca juga artikel terkait lainnya

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan sopan

 
Top